LAPORAN
LENGKAP
LAPORAN
KIMIA ANALIS II
Penetapan
kadar obat gologan garam halogen
OLEH :
Nama :
Jamal Saripa
Kelas :
G.2 Farmasi
PROGRAM
STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA
WALUYA
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Halogen
adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan (VII atau VII A pada sistem lama) ditabel periodik. Kelompok
ini terdiri dari fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I)
dan astatin (At). Halogen
menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam jika
bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-18 yang
diadaptasi dari bahasa Yunani. Unsur-unsur halogen secara alamiah
berbentuk molekul diatomik.
Unsur-unsur pada halogen membutuhkan satu tambahan elektron untuk
mengisi orbit elektron terluarnya
sehingga cenderung membentuk ion negatif
bermuatan satu. Ion negatif ini disebut ion halida dan garam yang terbentuk
oleh ion ini disebut halida. perbaiki
Salah satu uji yang dapat digunakan untuk menguji halogen bebas adalah
dengan menggunakan kertas fluoresein dimana akan terjadi reaksi antara unsur
halogen dengan fluoresein, reaksi antara fluoresein hanya terbentuk jika
terdapat bromida dan iodida bebas. Untuk klorida, fluoresein tidak dapat
langsung bereaksi sehingga dibutuhkan tambahan kalium bromida sehingga dapat
terbentuk warna merah pada kertas fluoresein. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk membedakan ion halida, salah satunya dengan penambahan perak
nitrat dan timbal nitrat yang akan menghasilkan garam halida berbentuk endapan
dengan warna tertentu sesuai dengan ion halogen yang berikatan dengan perak dan
timbal. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan untuk menguji
halogen bebas dan pembentukan garam halida.
I.2 Tujuan
1. Praktikum
ini bertujuan membuat larutan standart larutan perak nitrat 0,01 N
2. Praktikum
ini bertujuan membuat standarisasi larutan perak nitrat dengaan larutan natrium
klorida
3. Praktikum
ini bertujuan untuk menetapkan kadar tablet efedrin HCL
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Endapan
adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat yang keluar dari
larutan. Endapat dapat berupa Kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari
larutan dengan penyaringan atau penyusingan. Endapan terbentuk jika larutan
menjadi larutan jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan tidak bergantung
pada tekanan atmosfer. Kelarutan zat bergantung pada sifat dan konsentrasi zat
lain, terutama ion-ion dalam campuran tersebut. (Khopkar, 1990)
Istilah
argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
argentometri merupakan salah satu cara untuk menetukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menetukan kadar asam-basa
dalam suatu larutan dengan volumetri.(Day dan Underwod, 2001)
Argentometri
adalah titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi pengendapan yang paling
banyak dipakai adalah Argentometri, karena hasil kali kelarutan garam perak
halida (pseudohalida) sangat kecil. Ada 3 macam metode argentometri:
1. Metode
Mohr
2. Metode
Volhard
3. Metode
Fajans
Argentometri
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu argentometri pembentukan endapan dan
Argentometri pembentukan kompleks (Yudhi, Noor dan Aminhar, 2006). Titrasi
argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk
menentukan kadar halogen. Penelitian ini menggunakan titrasi argentometri
dengan metode Mohr yakni mula-mula Ag+ yang ditambahkan
bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl- sudah
habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan
CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang
ditambahkan dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai (Badawi, Rachmat dkk,
2010).
Metode ini
membutuhkan larutan titran yang cukup banyak dan keakuratannya sangat
bergantung pada kecermatan personal yang melakukan dalam menentukan titik akhir
titrasi serta waktu titrasi yang cukup lama. Dalam praktek, biasanya
terjadi perbedaan antara titk ekivalen dan titik akhir titrasi sehingga
menyebabkan hasil yang sedikit bias (Soebiyanto, Nur Hidayati dan Dewi
Sulistyawati, 2005).
Argentometri
merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halide
(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk
titrasi dengan AgNO3 yaitu :(Harizul Rivai, 1995)
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir
potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang
diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan
titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator
untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan
warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
2. Perubahan
Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(J Bassett,
1994)
Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Harizul Rivai, 1995).
Jika AgNO3 ditambahkan
ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan
berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak
endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi
indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat
adsorpsi pada permukaan (Khopkar, 1990).
Semua
indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut terdapat
pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan,
yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan
indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel
dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada
suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion
Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Antara, dkk, 2008).
Selain
kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini
memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna
adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat
menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat
mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan
daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada
keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,1985).
II. 2 Uraian Bahan
1. AQUADEST
( FI EDISI III HAL : 96 )
Nama Resmi
|
: AQUA DESTILLASI
|
Nama Lain
|
: Air Suling
|
Pemerian
|
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak
mempunyai
rasa
|
Kelarutan
|
: -
|
Kegunaan
|
: Sebagai pelarut
|
2. FENILPROPANOLAMINE
HCl ( FI EDISI III Hal : 401)
Nama Resmi
|
:
FENILPROPANOLAMINE HCl
|
Nama Lain
|
: Fenilpropanolamin hidroklorida
|
RM/BM
|
: dimana???
|
Pemerian
|
: Serbuk
hablur putih, bau aromatis lemah, dipengaruh oleh cahaya.
|
Kelarutan
|
: Mudah larut
dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter
|
Kegunaan
|
: sebagai sampel
|
3. INDIKATOR
K2CrO4 ( FI EDISI III Hal : 690)
Nama Resmi
|
:
KALII KROMAT
|
Nama Lain
|
: Kalium kromat
|
Pemerian
|
: Massa
hablur, berwarna kuning
|
Kelarutan
|
: Sangat mudah
larut dalam air, larutan jernih
|
Kegunaan
|
: Sebagai indikator
|
4. PERAK
NITRAT ( FI EDISI III Hal : 97 )
Nama Resmi
|
: ARGENTI NITRAT
|
Nama Lain
|
: Perak Nitrat
|
Pemerian
|
: Hablur atau transparan atau serbuk hablur
berwarna
putih,
tidak berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya
|
Kelarutan
|
: Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol
(95 %) p
|
Kegunaan
|
: Sebagai larutan baku
|
BAB
III
METODE
KERJA
III.1 Alat dan Bahan
yang digunakan
III.1.1
Alat
- Batang
pengaduk
- Botol
semprot
- Buret
50 ml
- Corong
kaca
- Gelas
kimia 100 ml
- Labu
Erlenmeyer paragraf
- Labu
ukur 100 ml
- Lumpang
dan alu
- Pipet
tetes
- Timbangan
analitik
III.1.2 Bahan
yang digunakan
- Aquadest
- Indikator
K2CrO4
- Perak
nitrat
- Tablet
decolgen
III.2 Prosedur
Kerja
1. Ditimbang
50 mg decolgen
2. Dimasukan
kedalam labu ukur
3. Dimasukan
100 ml aquadest
4. Dipipet
10 ml larutan decolgen
5. Dimasukan
kedalam Erlenmeyer
6. Ditambahkan
3 tetes K2CrO4
7. Dititrasi
dengan AgNO3 0,1 N
8. Diamati
dan dihitung kadarnya
Skema Kerja





Ditambahkan 3 tetes K2CrO4
![]() |
Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N

Diamati perubahan warnanya
BAB
IV
HASIL
DAN PENGAMATAN
IV. 1 Hasil Pengamatan
1. Table
hasil pengamatan
No
|
Berat sampel
|
Volume titran
|
Perubahan warna
|
|
Vt (awal)
|
Vt (akhir)
|
|||
1.
|
Decolgen
50 mg
|
50
ml
|
48
ml
|
Endapan
kemerah-merahan
|
2
|
||||
3
|
2.
Perhitungan
Dik :
V titran = 2 ml
N
titran = 0,1 N
Bst = 18,77 mg
Mg
sampel = 50 mg
Dit : % kadar ?
Penyelesaian : % kadar =
x 100 %

=
x 100 %

=
x 100 %

=
x 100 %

=
75,08
%

Mg zat aktif = % kadar x penimbangan zat aktif
= 75,08 % x 50 mg
= 37,54
Mg/tablet
=
x bobot rata-rata

=
x 509 mg

= 0,38 mg/tablet
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktiukum kali
ini dilakukan percobaan mengenai penetapan kadar golongan garam halogen dengan
tujuan untuk menentukan kadar obat decolgen dalam sediaan tablet, yang
mengandung fenilpropanolamin HCl.
Pada praktikum ini
digunakan metode argentometri, argentomentri adalah salah satu analisis
kuantitatif dengan system pengendapat (presipitasi), ada beberapa metode dalam
titrasi argentometri yaitu metode mohr, motode volhard, metode K. vajans, dan
metode leibig (Khopkar, 2010).
Dalam praktikum ini
digunakan argentometri dengan metode mohr, metode ini digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku
perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indicator dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah (Gandjar, 2007).
Sampel yang digunakan
dalam percobaan ini adalah tablet decolgen yang mengandung fenilpropanolamin
HCl dengan berat sampel 50 mg, kemudian sampel dilarutkan dengan 100 ml
aquadest lalu diambil 10 ml dan dimasukan kedalam Erlenmeyer setelah itu
ditambahkan K2CrO4.
Penambahan indicator
ini sudah menjadi ketentuan dalam titrasi pengendapan cara mohr. Setelah
penambahan indicator, warna larutan sampel menjadi kuning. Lalu setelah itu
dititrasi dengan larutan baku AgNO3. Alasan dititrasi dengan AgNO3
adalah berdasarkan namanya, titrasi argentometri menggunakan larutan AgNO3
sebagai titrannya, karena AgNO3 adalah satu-satunya garam perak yang
terlarutkan air sehingga pereaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan
endapan. Seperti halnya pada decolgen yang mengandung fenilpropanolamin HCl
dapat ditentukan berdasarkan reaksi

Warna
putih yang berbentuk dari akibat reaksi antara AgNO3 dengan fenilpropanolamin
yang mengandung HCl. Apabila Cl- habis bereaksi dengan Ag dari AgNO3. Titik
akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator k2cro4 dengan ion Ag berlembih
menghasilkan endapan AgCl yang berwarna putih dan menjadi kemerah-merahan.
Reaksinya yaitu

Setelah
dititrasi pada larutan sampel terbentuk endapan kemerah-merahan, hal inilah
yang membuktikan bahwa metode tittrasi pengendapan yang dilakukan adalah cara
mohr. Munculnya endapan yang berwarna kemerah-merahan pada titk akhir titrasi
dikarenakan kromat terikat dengan ion oerak membentuk senyawa yang sukar larut
berwarna merah bata.
Adapun
volume titrasi yang didapatkan yaitu 2 ml, dan persen kadar yang didapatkan
dari hasil perhitungan yaitu 75,08 %, hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
fenilpropanolamin HCl mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak kurang dari
101,0 % (Dirjen POM, 1979).
Dan
didapatkan hasil perhitungan mg/tablet yaitu 0,38/tablet, hasil ini tidak
sesuai dengan nilai fenilpropanolamin HCl yang berada dietiket yaitu mengandung
12,5 mg/ tablet.
Ini dikarenakan adanya faktor kesalahan
yaitu kurang telitinya praktikan dalam melihat volume titran dan kurang
telitinya praktikan dalam menimbang.
pertanyaan penuntun
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar
senyawa obat dengan decolgen yang mengandung fenilpropanolin HCl didpatakan
hasil yaitu 75,08 %. Dan mg/tablet didapatkan hasil 0,38 mg/ tablet.
V.2
Saran
??????
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I K. G., I W. Budiarsa Suyasa, dan A. A. Bawa
Putra, 2008, Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion untuk
Mengikat Klor dan Aplikasinya pada Air, Jurnal Kimia 2. Vol. 2 No. 87.
Badawi, Rachmat, Ismulawardi, Agoes Noegraha, dan
Subroto, 2010, Pemanfaatan Grafit Pensil sebagai Elektrode Selektif Ion
Bermembran AgCl/Ag2S untuk Analisa Ion Klorida, Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.
Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran : EGC. Jakarta.
Day, RA. Jr
dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga.
Jakarta.
Dirjen, POM.
1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta.
Gandjar, I. G.
& Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analis. Pelajar . Yogyakarta.
Harizul,
Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 :
Jakarta.
Khopkar, S.
M.,2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia press. Jakarta.
Soebiyanto, Nur Hidayati, Dewi Sulistyawati, 2005,
Konsentrasi Indikator Terkontrol Pada Argentometri Mohr, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Setia Budi, Surakarta.
Svehla,G. 1985. Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT. Kalman Media Pusaka
: Jakarta.
Underwood
dan R.A. Day, 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Yudhi, Noor dan Aminhar Lakoni, 2006, Analisis
Khlorida Di Dalam Serbuk UO2 dengan Teknik Titrasi Potesiometrik, Prosiding
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI, Jakarta.
LAMPIRAN

