LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
ANALISIS II
“STANDARDISASI DAN
PREPARASI LARUTAN”
DISUSUN OLEH :
JAMAL SARIPA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Standarisasi
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan
menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya
ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya
tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat
diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya.
Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan
cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari
standar primer (Indry, 2010).
Titrasi
merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi
nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat
dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).
II.1.
Tujuan
Agar
praktikan mampu membuat larutan 0.1N HCL
gar
praktikan mampu membuat larutan standar HCL
gar
praktikan mampu menentukan kadar dengan larutan Na2CO. HCL
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1.
Dasar Teori
Standarisasi
dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi
suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya
(larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan
reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa
ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam
atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).
Pembuatan
larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak
kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi. Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang
didalam jumlah relative besar disebut pelarut. Zat yang jumlahnya lebih sedikit
di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven
(Kevin, 2010).
Proses
pengenceran menjadi volume yang diketahui dan menghilangkan satu porsi titrasi
dinamakan mengambil alkoat. Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifgat
langsung dansimpel, karena tidak ada reaksi kimia terjadi jumlah mol larutan
dalam larutan asal harus sama dengan jumlah mol larutan final. Ada beberapa
indikator asam basa diantaranya adalah kertas lakmus, larutan metil orange,
phenophtalein (Baroroh, 2004).
Titrasi
merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi
nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat
dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).
Larutan
merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut homogen karena
sifat-sifatnya sama disebuah cairan. Karena larutan adalah campuran molekul
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan
dalam larutan murni. Gaya tarik inter molekul tidak sejenis menyebabkan
pelepasan energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran
homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-komponen
dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara
untuk memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat
terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem
konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitasn zat
terlarut pelarut (Noor, 2006).
Konsentrasi
merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya
antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni
atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan
maupun kestabilan larutan (Kuswanto, 2010).
Dua
komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan
dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Larutan
yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika
jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan
atau gas sebagai zat yang terlarut (Lusiana, 2012).
II.2.
Uraian Bahan
1.
Aquadest
(Dirjen POM 1979, 96)
Nama
resmi : AQUADESTILLATA
Nama
lain : Air suling,
Aquadest
Rumus
kimia : H2O
Berat
molekul :
18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
2.
Alkohol
(Dirjen POM 1979, 65)
Nama
resmi : Aethanolum
Nama
Lain : Alkohol, etanol,
ethyl alkohol
Rumus
molekul : C2H6O
Berat
molekul :
46,07
Pemerian
: Cairan tidak berwarna,
jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau
khas rasa panas,mudah terbakar
dan memberikan nyala biruyang tidak berasap.
Kelarutan
: Sangat mudah larut
dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan,
juga dapat membunuh kuman
3.
Asam
Boraks (Dirjen POM 1979, 427)
Nama
resmi : NATRII TETRABORAS
Nama
lain : Natrium tetraborat, Borakx
Rumus
Molekul : Na2B4O7.10H2O
Berat
Molekul :
381,37
Pemerian
: Hablur transparan
tidak berwarna, atau serbuk
hablur
putih, tidak berbau, rasa asin
dan basa. Dalam
udara kering Merapuh
Kelarutan :
Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6
bagian air mendidih
dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P,
praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
kegunaan : Antiseptikum ekstern.
4.
Asam
Clorida (Dirjen POM 1979, 53)
Nama
resmi : ACIDUM
HIDROCHIORIDUM
Nama
lain : Asam Clorida,
Asam Garam
Rumus
kimia : HCl
Berat
molekul :
36,5
Pemerian : Cairan tidak berwarna,
berasap dan bau merangsang
jika diencerkan dua bagian air asap dan
bau hilang.
penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
5.
Natrium
Hidroksida (Dirjen POM 1979, 421)
Nama
resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama
lain : Natrium
Hidroksida
Rumus
kimia : Na(OH)
Berat
molekul :
40
Pemerian : Bentuk batang massa
hablur air keping-keping, keras
dan rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih
mudah meleleh basa sangat katalis dan ` korosif
segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
6.
Natrium
Karbonat (Dirjen POM 1979, 400)
Nama
resmi : NATRII KARBONAS
Nama
lain : Natrium Karbonat
Rumus
kimia : Na2CO3
Berat
molekul :
106
Pemerian
: Hablur tidak
berwarna, atau serbuk hablur putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air,
lebih mudah larut dalam air mendidih
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan.
7.
Natrium
Klorida (Dirjen POM 1979, 403)
Nama
resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama
Lain : Natrium Klorida
Rumus
Molekul : NaCl
BM : 58,44
Pemeriaan : Hablur heksahedral, tidak
berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian
air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalma lebih kurang 10 bagian gliserol,
sukar larut dalam etanol 95%.
8.
Metil
Merah (Dirjen POM 1979, 705)
Nama
resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama
lain : Metil Merah
Rumus
kimia :
C15H15N2O3
Berat
molekul ` : 305,76
Pemerian
: Serbuk merah gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan
larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai indikator.
9.
Perak
Nitrat (Dirjen POM 1979, 97)
Nama
resmi : ARGENTI NITRAS
Nama
Lain : Perak nitrat
Rumus
Molekul : AgNO3
BM : 169,87
Pemeriaan : Hablur transparan atau
serbuk hablur berwarna putih,
tidak berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air, larut dalam etanol 95%.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
BAB
III
METODE
KERJA
III.1.
Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
1. Beaker
glass
2. Corong
kaca
3. Gelas
ukur 100 ml (Pyrex) paragraf
4. Labu
erlenmeyer 50 ml
5. Labu
takat 100 ml
6. Lumpang
dan alu
7. Rak
tabung
8. Statif
dan buret
9. Timbangan
analitik
III.1.2. Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
70%
3. Larutan
AgNO3 0,1N
4. Larutan
HCl 0,1N paragraf
5. Larutan
NaCl 0,01N
6. Larutan
NaOH 0,1N
7. Larutan
Na2CO3 0,1N
8. Larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1N
9. Methyl
Orange
III.2.
Prosedur Kerja
III.2.1. Pembuatan Larutan HCL 0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan diguanakan
2. Dihitung
normalitas dan perhitungan pengambilan HCl pekat
3. Dipipet
0,82 ml HCl
4. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan
aquadest sampai tanda garis
6. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.2. Pembuatan larutan NaOH
0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung
perhitugan pembuatan larutan NaOH
3. Ditimbang
NaOH sebanyak 0,4 gram
4. Digerus
NaOH dalam lumpang hinggan tak berbutir kasar
5. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
6. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
7. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
8. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.3. Pembuatan larutan NaCl
0,01N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung
perhitugan pembuatan larutan NaCl
3. Ditimbang
NaCl sebanyak 0,06 gram
4. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.4. Pembuatan larutan Na2CO3
0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung
perhitugan pembuatan larutan Na2CO3
3. Ditimbang
Na2CO3 sebanyak 0,97 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
4. Digerus
Na2CO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
5. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
6. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
7. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
8. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.5. Pembuatan larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang
Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus
Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.6. Pembuatan larutan AgNO3
0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang
AgNO3 sebanyak 0,17 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus
AgNO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok
hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang
dalam botol coklat dan diberi label
III.2.7. Titrasi 0,1N HCl dengan
Na2B4O7.10H2O 0,1N
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang
Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus
Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan
kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan
aquadest hingga batas tanda
6. Ditambahkan
1 tetes Methyl orange
7. Dititrasi
dengan HCl 50 ml dalam buret
8. Diamati
perubahan warna yang terjadi
9. Dihitung
volume titran
10. Dengan
prosedur yang sama dilakukan standardisasi HCl 0,1N dan Na2CO3 0,1N
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1.
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Berat
Sampel
|
Volume
titran
|
Perubahan
warna
|
|
Vt
(awal)
|
Vt
(akhir)
|
|||
1.
|
Na2B4O7.10H2O
0,1N
1,01 gram
|
50 ml
|
1,2 ml
|
Dari
warna putih keruh menjadi merah jambu
|
2.
|
Na2CO3
0,1N
0,97
gram
|
41,5 ml
|
30 ml
|
Dari
warna bening menjadi merah jambu
|
IV.2 Persamaan reaksi
IV.3.
Perhitungan
IV.2.1. Perhitungan HCl
Dik
: HCl 0,1N 100 ml
Bj = 1,19 g/mol
BM = 3,65
Konsentrasi = 37%
Penyelesaian
:
N =
((10x%xBjxValensi)/BM)
= ((10x37%x1,19x1)/3,65)
= 12,06 N
V1.N1
= V2.M2
V1.
12,06 = 100. 0,1
V1
= (10/12,06)
V1
= 0,8 ml

Dik
:
N = 0,1
BE = 40
Vol.
= 100 ml
Dit
: % kadar...?
Penyelesaian
:
N
= gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/40 x10
gr = 40x0,1/10
gr = 4/10
=
0,4 gram
%
kadar = 0,4 x 100%
= 40 %

Dik
:
N = 0,1
BE = 58
Vol.
= 100 ml
Dit
: % kadar...?
Penyelesaian
:
N
= gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/58 x10
gr = 58x0,1/10
gr = 0,58/10

%
kadar = 0,6 x 100%
= 60 %

Dik
:
N = 0,1
BE = 97
Vol.
= 100 ml
Dit
: % kadar...?
Penyelesaian
:
N
= gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/97 x10
gr = 97x0,1/10
gr = 9,7/10
=
0,97 gram
%
kadar = 0,97 x 100%
= 97 %

Dik
:
N = 0,1
BE = 170
Vol.
= 100 ml
Dit
: % kadar...?
Penyelesaian
:
N
= gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/170 x10
gr = 170x0,1/10
gr = 1,7/10
=
0,17 gram
%
kadar = 0,17 x 100%
= 17 %

Dik
:
N = 0,1
BE = 101
Vol.
= 100 ml
Dit
: % kadar...?
Penyelesaian
:
N
= gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/101 x10
gr = 101x0,1/10
gr = 10,1/10
=
1,01 gram
%
kadar = 1,01 x 100%
= 101 %
BAB
V
PEMBAHASAN
Standarisasi
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan
menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya
ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya
tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat
diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan
ketelitiannya. Suatu larutan lebih umum
distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan
sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).
Standarisasi
dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi
suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya
(larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan
reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa
ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau
basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).
Pada
praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai standardisasi dan preparasi
larutan dengan beberapa tujuan yakni agar praktikum mampu membuat memerapa
larutan dan melakukan standardisasi dari larutan yang telah dibuat.
Standardisasi
larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan
dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (Aprilia,
2012).
Dalam
percobaan standardisasidilakukan titrasi yang mana suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar
(standard solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan yang belum
diketahui, sampai terjadi reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume laruitan standar dan larutan
tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menhitung
konsentrasi larutan yang tidak diketahui tersebut (Chang, 2005).
Dalam
pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi
yang tidak digunakan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan
standardisasi sering dilakukan dengan cara titrasi (Harjadi, 2000).
Pada
percobaan pertama dilakukan beberapa pembuatan larutan dan standardisasi yakni
meliputi larutan HCl dengan prosedur yakni dihitung terlebih dahulu normalitas
dari HCl dan volume HCl yang akan digunakan, dimana pada kesempatan kali ini
dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1N sebanyak 100 ml, NaOH 0,1N, NaCl 0,1N,
Na2CO3 0,01N, Na2B4O7.10H2O yang diguanakan sampel dalam bentuk serbuk sehingga
dalam pembuatanya diperlukan lumpang dan alu untuk menghaluskan sediaan
tersebut sehingga mudah dihiomogenkan.
Setelah
dilakukan pembuatan larutan ang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan
standardisasi larutan pada larutan HCl dengan Na2CO3 dan juga standardisasi
larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O. Dan hasil yang diperoleh dari praktikum yang
telah dilakukan yaitu pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 perubahan warna
yang terjadfi yakni dari warna bening kekuningan menjadi merah jambudengan
volume awal HCl dalam buret 41,5 ml menjadi 11,5 ml atau membutuhkan 30 ml
untuk berubah warna (mencapai titik ekuivalen). Pada standardisasi larutan
antara HCl dengan Na2B4O7.10H2O perubahan warna yang terjadi yakni dari warna
bening menjadi warna merah jambu dengan vol awal HCl pada buret yaitu 50 ml
menjadi 48,8 ml dengan kata lain dibutuhkan 1,2 ml larutan untuk dapat mencapai
titik ekuivalen dengan berubahnya warna pada larutan.
Adapun
pada praktikum tersebut dilakukan standardisasi dengan cara titrasi, metode
titrasi yang digunakan yaitu titrasi
asam basa, dimana pada titrasi asam basa tersebut melibatkan melibatkan asam
maupun basa sebagai titer atau titranya. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa dan sebaliknya,
toitran ditambahkan sedikit demi sedikit sampai mencapai keadan ekuivalen
(artinya secara stokiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Pada saat
titik ekuivalen inilah maka proses titrasi dihentikan dan dicatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut (Dian, 2009).
Indikator
yang digunakan dalam praktikum tersebut yaitu methyl orange yang merupakan zat
warna azo (gugus azo yang dimilikinya merupakan zat warna sintesis dan paling
reaktif dalam proses pewarnaan), digunakan methyl orange sebagai indikator pada
titrasi karena methyl orange merupakan indikator pH dan dapat merubah warna
yang jelas, oleh karena itu indikator methyl orange pada proses titrasi sering
digunakan dalam proses titrasi (Kuswanto, 2010).
Adapun persamaan reaksi dari larutan
yang telah dilakukan percobaan standardisasi yaitu :
Reaksi
antara Na2CO3 + HCl
Reaksi
antara Na2CO3 dan HCl yang terjadi adalah :
2Na+
CO3++2HCl+Cl- H2CO3+2NaCl
Secara
singkat dituliskan :
Na2CO3
+ 2NaCl CO2 + H2O
Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2B4O7.10H2O
+ 2HCl 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O
atau
Na2B4O7.5H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4
pertanyaan
penuntuan
BAB
VI
PENUTUP
VI.1.
KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk
mengetahui konsentrasi larutan yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
2. Standarisasi
biasanya dilakukan dengan titrasi.
3. Pada
titrasi indikator yang digunakan adalah methyl orange 1 %.
4. Pada
standardisasi larutan antara HCl + Na2CO3 volume titrasi yang diperoleh untuk
mencapai perubahan warna yaitu 30 ml dengan perubahan warna darei bening
menjadi merah muda.
5. Pada
standardisasi larutan antara HCl + Na2B4O7.10H2O volume titrasi yang digunakan
untuk mencapai titik ekuivalen yaitu 1,2 ml dengan perubahan warna yang
terjadiyaitu dari warna putih keruh menjadi merah jambu.
DAFTAR
PUSTAKA
Aprilia, 2012. Jurnal Sintesis Alkohol Dari Limbah
Nasi Rumah Makan Melalui Proses Hidrolisis Dan Fermentasi. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Padjadjaran : Bandung.
Baroroh,Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas
Lambung Mangkurat :Banjar Baru.
Dian, Ika. 2009. Jurnal Alat Otomatis Pengukur Kadar
Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa. Universitas Brawijaya : Malang.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Indry, Sumarni. 2010. Jurnal Standarisasi Natrium
Hidroksida Dan Penggunaanya Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat. Jurusan
Farmasi Universitas Lambung Mangkurat : Banjarmasin.
Kevin, Bagaskara. 2010. Jurnal Pengenceran Larutan
dengan Standarisasi Zat Pelarut. Universitas Hassanudin : Makasar.
Kuswanto, Ari. 2010. Jurnal Penentuan Koefisien
Difusi Larutan Hcl Menggunakan Interferometer Michelson Berbasis Borland Delphi
7.0. Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang : Malang.
lampiran ????