LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II “SINTESIS IODOFORM”

1 komentar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
 “SINTESIS IODOFORM”



OLEH :

JAMAL SARIPA






PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton   dan menggunakan bantuan natrium hidroksida.Prinsip dari reaksi pembentukan iodoform adalah berdasarkan reaksi halogenasi yaitu dimulai dengan pembentukan atom radikal bebas dari halogen.
Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptik Antiseptik merupakan zat yang bekerja bakteriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan melawan bakteri pada luka. Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid,digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian   dari mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptic dan desinfektan di bidang kedokteran gigi.
Karena kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa farmasi dituntun untuk mengetahui dan memahami reaksi pembentukan iodoform tersebut. Pada percobaan ini dilakukan sintesis iodoform.Untuk menghasilkan iodoform murni.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah pensintesisan Iodoform dengan mereaksikan iodium dan aseton dengan penambahan NaOH sedikit demi sedikit hingga terbentuk kristal kuning.

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari reaksi Halogenasi pada senyawa karbonil (Subtitusi α)
2. Mampu melakukan sintesis zat di laboratorium




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Dasar Teori
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi (halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi  Penggantian   karena   atom   halogen   menggantikan   posisi   hidrogen   dalam struktur ), dengan bahan dasar Iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan   natrium   hidroksida   sebagai   katalisator.   Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptic. Antiseptik  merupakan zat yang bekerja bakteoriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit mukosa dan melawan bakteri pada luka sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja   bakterisid,digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba.   Iodoform kadang–kadang sebagai antiseptic dan desinfakten dibidang kedokteran gigi (Vogel,1979).
Iodoform (salah satu zat berkhasiat terkenal) merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh, maka sebagai tinktur lod banyak digunakan sebelum injeksi.Efek sampingnya warna cokelatny dan kadang terjadi dermatitis (elergi kulit) hampir semua kuman pathogen termasuk fungsi dan virus dimatikan oleh Iodium. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama. Larutan 2% memerlukan 2-3 jam (Tan Hoan Tjay,2001).
Dalam sintesis Iodoform, dipilih menggunakan labu alas datar agar bias berdiri sendiri yang dipegang karena akan dikerjakan seperti titrasi hanya lebih kasar. Pemakaian labu alas bulat disini tidak dibenarkan karena dalam prosedur tidak dilakukan pemanasan (Anonim, 2006; hal 6).
Adapun maksud dari penambahan segera dengan banyak air setelah terjadi kristal Iodoform adalah untuk mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih. Filtrat yang terbentuk tidak boleh bersifat alkalis lagi sebab dengan adanya suasana alkalis maka pada rekristalisasi dengan alkohol maka Iodoform akan terurai dan kemungkinan akan dibebaskan Iodium yang terlihat dengan berwarna coklatnya larutan (Anonim, 2006; hal 6).
Hidrogen periksoda dan Iodoform dapat menunda penumbuhan luka. Irigasi luka dengan larutan`garam normal steril merupakan teknik pembersihan yang baik. Meskipun bilangan dengan spray dan aliran air pada luka dekronik  banyak dipakai, tekik–teknik seringkali tidak  efektif  untuk melepaskan dibris   dan bahkan dapat memaksa bakteri masuk ke dalam jaringan granulasi aliran air mungkin dapat membantu pada sebagian pasien dengan ulkus tangkai bawah. Jika cara–cara ini gagal maka debridimen dengan dereksi tajam mungkin merupakan metode terbaik untuk membersihkan luka yang kronis (Chires,2009).
Penentuan Iodometrik dari tambahan secara luas digunakan untuk biji maupun logam lampur cara–caranya memberikan hasil–hasil yang baik sekali dan lebih cepat dari pada penentuan tembaga dengan cara elektrolisa biji tembaga biasanya mengandung besi, arsen dan antimony. Unsur – unsur ini pada keadaan oksidasi yang lebih tinggi (biasanya demikian dari proses pelarutan) akan mengoksidasi lodida sehingga mengganggu beberapa tindakan  pencegahan harus diambil dalam menangani larutan kalium lolida untuk menghindari kesalahan. Misalnya Ion lolida, oleh oksigen dari udara. Setelah penambahan kalium lolida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi larutan harus tidak dibiakkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan   udara karena lodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu.   Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksikan oleh Ion lolida menjadi nitro (II) oksida yang selanjutnya dioksida kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara (Hart, 2003).
Hidrogen α dalam senyawa karbonil lebih asam dari pada umumnya hydrogen yang berikatan dengan atom karbon. Akibat dari penempatan gugus karbonil disebelah proton metil sangat luar biasa,yaitu meningkatnya keasaman sampai lebih dari pangkat 30 dari 10. Ada dua alasannya pertama karbon   karbonil membawa muatan positif parsial elektron ikatan bergeser kearah   karbon karbonil dan menjauhi hydrogen α, sehingga   basa   mudah mengambil   hydrogen α sebagai proton (artinya tanpa mengambil electron ikatannya. Kedua, anion yang dihasilkan distabilkan. Anion ini disebut anion enolat, Muatan negatifnya terdistribusi diantara karbon α dan atom oksigen karbonil (Hart,2003).
B. Uraian Bahan
1. Aqua Destillata (Dirjen POM,  Hal 96)
Sinonim                         : Aquades, air suling
Rumus Molekul             : H2O
Berat Molekul                : 18,02
Pemerian                                    : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak   berasa
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat.                       
Penggunaan                   : Sebagai pencuci iodoform
 2. Aseton (Dirjen POM, Hal 655)
Sinonim                         : ASETON
Rumus kimia                  : (CH3)2CO
Bobot molekul               : 58,08
Pemerian                                    : Cairan jernih tidak berwarna tidak   berwarna, mudah  menguap bau khas, mudah   terbakar
Kelarutan                       : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95 %   P, dengan eter P dan dengan kloroform P,   membentuk larutan jernih.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai bahan dasar pembuatan iodoform
3.  Kalium Iodida (FI edisi III  hal  330 )
Nama Resmi                  : KALIUM IODIDUM
Nama Lain                     : Kalium iodida
Bm / Rm                        : 166.00 / KI
Pemerian                                    : Hablur heleahedial transparan atau tidak  berwarna   opak dan putih atau serbuk butiran putih   hidroskopik
Kelarutan                                   : Sangat mudah larut dalam air lebih mudah larut   dalam air mendidih, larut dalam etanol 95 % P   mudah larut dalam gliserol P
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat                          : Sebagai bahan dasar sintesis
4. Kapur klor (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                    : CALSIUM CHLORO HYPOCLORIL
Nama lain                      : Kaporit
RM / BM                       : Ca(OCI)Cl / 126,98
Pemerian                        : Serbuk putih, kotor, bau khas.
Kelarutan                       : Larut sebagian dalam air dan dalam etanol 95% P
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                  : Sebagai bahan dasar sintesis
5. NaOH (Dirjen POM, Hal 412)
Nama resmi                    : Natrii hydroxydum
Nama lain                      : Natrium hidroksida
Pemerian                                    : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,   kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan   hablur: putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis   dan korosif.
Kelarutan                       : Sangat mudah larut dalam air & etanol (95%) P
Rumus kimia                  : NaOH
Berat molekul                : 40,00            
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan umum           : Zat tambahan
Dalam praktikum           : Sebagai titran
















BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu labu alas bulat, erlenmeyer, pendingin balik (reflux), water bath, gelas arloji, pipet ukur, corong buchner, labu hisap, gelas ukur.
Bahan yang digunakan yaitu asetosal, etanol 90% p.a, natrium hidroksida (naoh) 6n, kalium iodida (ki) 3 gram, kaporit (ca(cio)2) 5%, aquadest q.s
B. Prosedur Kerja
1.    Sintesis
         Hal pertama yang dilakukan yaitu kedalam labu alas bulat dimasukkan 3 gram KI, 100 ml aquadest dan 1 ml aseton, lalu ditambahkan bertetes-tetes kaporit 5% sambil dikocok dan teruskan penambahan hingga 1 tetes kaporit 5% sambil dikocok (akan timbuk endapan), setelah itu campuran didiamkan 10 menit, kemudian disaring dengan corong Bunchner, kemudian kristal dicuci 3x dengan aquadest dingin hingga tidak bereaksi alkalis (dicek dengan  lakmus).
2.    Pemurian
Hal pertama yang dikakukan yaitu kristal dimasukan ke dalam labu alas bulat yang telah dilengkapi dengan reflux, kemudian ditambahkan etanl hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas water bath lalu dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas (corong bunchner direndam dahulu dalam air panas) kemudian filtrat didinginkan sambil digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna dan disaring dengan corong bunchner, lalu dikeringkan lalu dihitung rendemennya.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.  Tabel Pengamatan

Perlakuan
Pengamatan
·         Pencampuran KI + aquadest + aseton
·         Penambahan Kaporit 5%

·         Penyaringan Kristal

·         Penambahan etanil+pemanasan
·         Penyaringan panas
·         Pendinginan filtrate

·         Berwarna kuning
·         Terbentuk endapan hingga endapan hilang kembali
·         Adanya endapan berbentuk kristal dan berwarna kuning
·         Berwarna kuning
·         Berwarna kuning
·         Berwarna kuning dan berbentuk serbuk

B.  Reaksi Pembentukan Iodoform
 

Pembentukan Iodoform menggunakan KI



Pembentukan Iodoform menggunakan NaOH











BAB V
PEMBAHASAN


Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan mengenai Sintesis Iodoform. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi halogenasi pada senyawa karbonil (substitusi ).
Iodoform adalah suatu senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine
dengan etanol/aseton dan asetil dehida dalam suasana basa.iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenisasi (reaksi substitusi ). Reaksi substitusi  adalah rekasi pengantar atom H yang terbentuk pada CO (atom karbon yang terikat pada atom karboksil) oleh suatu elekrofil, reaksi ini dikatalis oleh basa ataupun asam. Senyawa karbonil akan berperan sebagai nakbofil melalui pembentukan enolat (dengan basa) ataupun senyawa enol (dengan asam) (Reksohadipkodjo, 1976).
Pada percobaan ini terdapat 2 proses yang dilakukan yaitu proses sintesis dan proses pemurnian. Pada proses sintesis hal yang pertama dilakukan yaitu ke dalam labu alas bulat dimasukan 3 gram KI, 100 ml aquadest, dan 1 ml aseton, kemudian ditambahkan bertetes-tetes kaporit 5% sambil dikocok (akan timbul endapan) dan diteruskan penambahan hingga 1 tetes kaporit 5% sampel tidak menimbulkan endapan lagi lalu didiamkan selama 10 menit setelah itu disaring campuran dengan menggunakan corong bunchner dan dicuci kristal dengan aquadest sampai bereaksi katalis lagi. Sedangkan pada proses pemurnian hal pertama yang dilakukan yaitu dimasukan kristal dalam labu alas bulat yang telah dilengkai dengan reflux kemudian ditambahkan etanol hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas water bath dan dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas (corong bunchner direndam dahulu dalam air panas), kemudian filtrat didinginkan sambil digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna lalu disaring dengan corong bunchner, lalu dikeringkan dan dihitung rendemennya.
Menurut Respah (1986), pada sintesa iodoform, penambahan NaOH dilakukan secara hati-hati apabila telah terbentuk sedikit kristal kuning maka penambahan segera dihentikan dan langsung ditambahkan aquadest. Penambahan NaOH yang berlebih dapat menyebabkan iodoform terhidrolisis, kristal iodoform akan berubah menjadi iodim kembali. Penambahan aquadest agar iodoform tidak terus bereaksi dengan NaOH yang menyebabkan kristal iodoform terhidrolisis juga untuk menyempurnakan reaksi agar kristal yang dihasilkan bagus, pada saat praktikum tidak dilakukan penambahan aquadest hal tersebut menyebabkan kristal yang banyak terbentuk berkurang setelah erlemeyer diangkat dari es dan ketika kristal disaring. Karena ketika erlemeyer diangkat alas atau dasar labu erlemeyer kembali hangat menandakan reaksi antara I2 + C3H6O + NaOH masih berlangsung dan tanpa penambahan air sebagian kristal yang terbentuk terhidrolisis kembali menjadi iodium.
Pada percobaan ini digunakan larutan aseton yang berfungsi sebagai penyambung gugus metil CH3 (COI)2 yang berfungsi sebagai oksidator serta KI yang berfungsi sebagai penyambung I2 (Rusli,2007).
Dan hasil yang didapatkan yaitu pada pencampuran KI + aquadest + aseton menghasilakan warna kuning, pada penambahan kaporit 5% terbentuk endapan hingga endapan hilang kembali, pada penyaringan Kristal  menghasilkan adanya endapan berbentuk kristal dan berwarna kuning, pada penambahan etanil+pemanasan menghasilkan warna kuning, pada penyaringan panas menghasilkan warna kuning, pada pendinginan filtrate  menghasilkan warna kuning dan berbentuk serbuk.
Pada sintesa iodoform dari asetan, NaOH 8 N adalah katalis basa yang menyebabkan reaksi berjalan cepat. Selain itu juga berfungsi sebagai nukleat yang menyerang atom carbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3yang tidak stabil yang segera membentuk CHI3 pada saat praktikum. I2 sebanyak 2,5 gr + aseton 3,6 mL dimasukan kedalam erlemeyer. Dilakukan penggoncangan sampai padatan iodium larut, terbentuk campuran larutan berwarna coklat seperti betadine, kemudian ditambah kan tetes demi tetes NaOH 8 N sampai terbentuk kristal kuning proses pentetesan NaOH  8 N didalam campuran larutan I2 + aseton menghasilkan panas, oleh karena itu kristal yang terbentuk larut kembali. Praktikan meletakkan erlemeyar pada es sehingga dilakukan penetesan kembali terbentuk kristal iodoform berwarna kuning.
Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform atau trihalometanu dengan titik lebur dari iodoform sebesar 119-1220C (Arhamida, 2003). Pada percobaan ini digunakan aquadest yang berfungsi untuk melarutkan KI karena KI sangat mudah larut dalam air. Alasan penambahan kaporit yaitu untuk memberikan suasana basa pada percobaan sintesis iodoform tersebut (Rusli, 2007).
Pada percobaan tersebut tersebut dilengkapi pula refluks, tujuannya yaitu untuk mempercepat reaksi antara etanol dengan Kristal yang terbentuk ssebelumnya hingga diharapkan Kristal dapat larut seutuhnya (Khopkar, 1990).
     










BAB VI
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton   dan menggunakan bantuan natrium hidroksida.
2.      Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform atau trihalometanu dengan titik lebur dari iodoform sebesar 119-1220C.
B.  Saran
Untuk selanjutnya, ketika melakukan praktikum sintesa iodoform, sebaiknya digunakan kacamata pelindung agar uap aseton tidak mengenai mata, juga pada awal praktikum, aseton diencerkan terlebih dahulu agar volumenya tidak berkurang saat terjadi reaksi hidrogen α.













DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. ”Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis”. UMI. Makassar     
Depkes RI., 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Ebel, Siegrfried.1992. Obat Sintetik. Buku Ajar Dan Buku Pegangan. Gadjah Mada University  Press : Yogyakarta.
G. Paul. (1968). ”The Merck Index Eighth Edition”. Rahway : USA
Genaro R Alfonso, (1990). “Remington`s Pharmaceutical Sciences”. Mack   Publishing Company. Easton, Pennsylvania.
Reksohadiprodjo, Samhoedi. (1976). ”Kimia Farmasi Preparatif”. UGM :  Yogyakarta.
Tim Penyusun. (2005). ”Kimia Medik”. UNHAS. Makassar
           


Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

Posting Komentar