LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II “ RESEP IV”


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

“ RESEP IV”



 


            O  L  E  H  :
      JAMAL SARIPA




PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017


1.      Iandasan Teori
Menurut Farmakope Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (DIRJEN POM, 1995).
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatan- bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak  bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan  biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m” (Howard, 2008).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) yang dapat mencegah koalesensi, yaitu  penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah (Syamsuni, 2007).
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emulsi memang putih seperti susu. Pada pertengahan abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein, dan air. Pada  pertengahan abad XVIII, seorang ahli farmasi dari prancis memperkenalkan  pembuatan emulsi dari Oleum Olivarum, Oleum Anisi, dan Eugenol Oil dengan menggunakan penambahan Gom arab, tragakan, dan kuning telur sebagai emulgator (Syamsuni, 2007).
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu (Syamsuni, 2007):
1.      Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam   emulsi, terdiri atas:
a.       Fase dispers/ fase internal, fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase   
dalam, yaitu zat cair  yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain. 
b.      Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar,yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c.       Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk   
          menstabilkan emulsi.
2.      Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat satu preperat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola- bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak-dalam-air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan memberi pemanis dan  pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsopsi (Howard, 2008).

Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi, yaitu (Syamsuni, 2007):
1. Dengan pengenceran fase,setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Emulsi tipe o/w dapatdiencerkan dengan air dan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pengecetan atau pewarnaan,zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut.
3. Dengan kertas saring atau kertas tisu, jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak, berarti emulsi tersebut tipe o/w tetapi  jika terjadi basa merata berarti emulsi tersebut tipe w/o.
II. Materi Praktikum
a.       Menyalin Resep
R/4
Dr. Hamaning Diningrat
SIP : 123G/Sip/2000
Jl. Belanda No. 10 Kendari
                                                             Kendari,2 November 2009

R/ Oleum Lecoris Aselin                    25   gram
     PGA                                               7,5    gram
     Glyserin                                         7,5    gram
     Aqua                                              18,75 ml
     m.f. emulsi
     s.2 dd cth 1

      Pro: Jasminah (9 Tahun)

1.      Singkatan Dalam Resep
R/        =      Recie                   =Ambilah
dd        =     de die                   =Tiap Hari
m.f       =     misce fac              = camur,buat
s           =     signa                     = tandai
cth       =     cochlear the          =sendok teh
pro       =      pronum                = untuk
Emulsi =     emulsum               = emulsi





b.      Skrining Farmasetika dan solusi
1.      Skrining Administrasi
Bagian Resep
Kelengkapan
Ada
Tidak Ada
Keterangan
Inscripto
Nama Dokter
Sip
Alamat Doktek
No Teleon Dokter
Tgl penulisan resep
ü   
ü   
ü   

ü   



ü   
Dr.Hamaningdin Ningrat
123g/sip/2000
Jl.Belanda No.10 Kendari
Tidak Tercamtum
2 November 2009
presciptio
Nama dan Jumlah Obat


Bentuk Sediaan
ü   



ü   

R/Oleum Lecoris Aseli 2,5g
     PGA                7,5g
     Glyserin          7,5g
     Aqua          18,75 ml
Emulsi
Signature
Nama pasien
Umur pasien
Alamat pasien
Aturan pakai
No Teleon Dokter

                                             
ü   
ü   

ü   


ü   

ü   
Jasmina
9 Tahun
Tidak Tercantum
s.2 dd cth 1
Tidak Trcantum
Subscriptio
Parav Dokter

ü   
Tidak Tercantum






2.      Skrining Farmasetik
Bentuk sediaan ada rese yaitu emulsi, dengan bahanobat yaitu Oleum iecoris aselli 25 gr, PGA 7,5 gr, Glyserin 25 gr, dan Aqua sebanyak 18,75 ml. Keseluruhan bahan obat ini dihomogenkan menjadi satu sehingga membentuk sediaan emulsi. Hal ini dilakukan agar memudahkan pasien dalam mengkonsumsinya sesuai dengan umur pasien























III.  Uraian Bahan
1.    AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi            : AQUA DESTILLATA
Nama lain               : Air suling, Air murni
Rumus molekul      : H2O
Berat molekul         : 18,02
Pemerian                :Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Khasiat                   : Sebagai pelarut
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik
2.    Gliserin (FI Edisi III Hal. 271)
Nama resmi            : GLYCEROLUM
Nama lain              : gliserol, gliserin
Pemerian                : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak
                                  berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
                                  Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
                                  dapat memadat membentuk massa hablur tidak
                                  berwarna yang tidak melebur hingga suhu
                                  mencapai lebih kurang 200
Kelarutan               : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol
                                  (95%)p, praktis tidak larut dalam kloroform p,
                                  dalam eter p dan dalam minyak lemak
Khasiat                  : zat tambahan (Corrigen Saporis)
Penyimpanan        : dalam wadah tertutup baik

3.    Minyak ikan (FI Edisi III 1979 : 457)
Nama resmi            : OLEUM IECORIS ASELLI
Nama lain               : Minyak ikan
Pemerian               : Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak
                                  tengik, rasa khas.
Kelarutan                           : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut
                               dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter
                               minyak tanah p.
Khasiat                 : Sumber vitamin A dan vitamin B
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,
                               terlindung dari cahaya.
4.      Pulvis gummi acaciae (FI. Edisi IV Hal. 718)
Nama resmi          : PULVIS GUMMI ACACIAE
Nama lain             : Serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian             : Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan                         : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat
  lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam    
  jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan
seperti mucillago, tidak berwarna atau   kekuningan,  
kental, lengket, transparan, bersifat              asam  lemah
  terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut
                                 dalam etanol dan dalam eter p
Khasiat                  : Zat tambahan (Emulgator)
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.





IV. Perhitungan Dosis
            --
V.  Penimbangan Bahan
a.       Penimbangan Untuk Pembuatan Corpus Emulsi
Untuk membuat emulsi dengan minyak lemak maka untuk membuat corpus emulsi diperlukan perbandingan antara emulgator, fase air dan fase minyak dimana perbandingannya yaitu 1 : 1,5 : 2, hal ini telah ditetapkan dalam buku ilmu meracik obat halaman 134 (Anief, Moh. 2010).
1.    Emulgator (PGA)      : 1    x 7,5 g = 7,5 gram
2.    Air (Aquadest)          : 1,5 x 7,5 g = 11,25 gram
3.    Oleum Iecoris Aselli :2 x 7,5 g = 15 gram
     Sisa bahan yang akan ditambahkan setelah pembuatan corpus emulsi yaitu:
1.    Air (Aquadest)                      : 18,75 ml – 11,25 ml = 7,5 ml
2.    Oleum Iecoris Aselli             : 25 gram – 15 gram   = 10 gram
b.      Tabel Bahan Yang Akan Ditimbang
No
Nama Obat
Jumlah Obat
Keterangan
1
Oleum Iecoris Aselli
25 gram

2
PGA
7,5 gram

3
Glycerin
2,5 gram

4
Aqua
18,75 ml




VI. Prosedur Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan Aquadest sebanyak 18,75 ml
3.      Dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir, ditambahkan PGA sebanyak 7,5 gram lalu digerus hingga homogen
4.      Ditambahkan aquadest sebanyak 11,25 gram sekaligus, digerus cepat hingga terbentuk corpus kemudian ditambahakan glycerin sebanyak 2,5 gram, digerus hingga homogen
5.      Ditambahakan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit, digerus hingga homogen
6.      Dimasukkan dalam botol dan diberi etiket.


VII. COPY RESEP
APOTEK MANDALA WALUYA FARMA

Jl.A.H.Nasution G37, Kota Kendari
Apoteker : JastriaPusmarani, M.Sc.,Apt
No. SIPA : 15/DKK/V/2015/001

SALINAN RESEP
No             : 08
Dari            : dr. Harnaning  Diningrat
Tanggal      : 2 november 2009
Untuk         : Jasminah ( 9 Tahun )

R/   Oleum Lecoris Aselli    25   gram
       PGA                             7,5    gram
      Glyserin                        7,5    gram
     Aqua                              18,75 ml
     m.f. emulsi
     s.2 dd cth 1
                                             det


                                         Kendari, 2-11-2009    
                                         PCC



                                        Apoteker







VIII. Etiket
APOTEK MANDALA WALUYA FARMA

Jl.A.H.Nasution G37, Kota Kendari
Apoteker : Jastria Pusmarani, M.Sc.,Apt
No. SIPA : 15/DKK/V/2015/001
No. 01                                      Tgl. 11 oktober 2012

Nama     :   Jasminah ( 9 tahun)               Tablet
                                                                 Kapsul
               3 X Sehari   1                            Bungkus
                                                                 Sdm/Sdt

Sebelum/Bersama/Sesudah Makan















IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan emulsi, dimana dalam pembuatan emulsi ini kami sebagai mahasiswa atau praktikan diharapkan dapat mengetahui cara pembuatan emulsi serta mampu membuat sediaan emulsi dengan minyak lemak.
Pada praktikum ini metode yang digunakan dalam pembuatan emulsi yaitu dengan metode gom kering sebab seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa metode gom kering dilakukan dengan cara zat pengemulsi (PGA) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk membentuk corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. Hal ini juga dilakukan pada prosedur kerja yang digunakan pada percobaan ini (Syamsuni, A. 2006).
Pada percobaan ini bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan aquadest sebanyak 18,75 ml. semua bahan kemudian dibuat atau diracik menjadi sediaan emulsi dengan cara pertama: dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir dan ditambahkan PGA sebanyak 7,5 gram lalu digerus hingga homogen, kedua: ditambahkan aquadest sebanyak 11,25 ml lalu diaduk cepat hingga terbentuk corpus emulsi, ketiga: ditambahkan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit lalu ditambahkan glycerin sebanyak 2,5 gram digerus hingga homogen, terakhir: dimasukkan dalam botol dan diberi etiket putih.
Khasiat dari bahan-bahan yang digunakan adalah Oleum Iecoris Aselli sebagai sumber vitamin A dan D, PGA sebagai zat pengemulsi (emulgator), Glycerin sebagai zat tambahan (corrigen saporis),  serta aquadest sebagai pelarut atau fase air (Farmakope Indonesia edisi III, 1979).
Aturan pakai dalam resep ini adalah 2 kali sehari 1 sendok teh (5 ml), yang diperuntukkan kepada pasien atas nama Jasminah dengan umur 9 tahun yang memiliki keluhan kurang nafsu makan sehingga dokter membuat resep ini yang berkhasiat sebagai obat penambah nafsu makan kepada anak dalam masa pertumbuhan yang membantu perkembangan otak anak.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Ilmu Resep Jilid I. Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV: Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III: Jakarta
Pusmarani, J. 2017. Buku Penuntun Praktikum Farmasetika II: Kendari








 


Related Posts

There is no other posts in this category.