LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II REKRISTALISASI


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
REKRISTALISASI





OLEH
JAMAL SARIPA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2018


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umum yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja. Pemurnian demikian ini banyak dilakukan pada industri-industri (kimia) maupun laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.
Pada penggunaan teknik rekristalisasi biasanya dilatarbelakangi karena senyawa organik padat yang diisolasi dari reaksi organik jarang berbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (impuritis) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian padatan dengan kristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Bila suatu kristal sangat larut dalam satu pelarut dan sangat tak larut dengan pelarut lain maka akan memberikan hasil rekristalisasi yang memuaskan.
                   Ternik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau mengalami percampuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah penyaringan, rekristalisasi, dekantansi, absorpsi, sublimasi, dan ekstraksi. Penyaringan adalah proses pemisahan yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel.
Berdasarkan pernyataan-pertnyataan di atas maka perlunya mengetahui cara pemurnian zat padat secara rekristalisasi, dengan menggunakan suatu senyawa sebagai sampel, sehingga dapat membedakan proses pemisahan melalui metode rekristalisasi dengan metode lainnya. Untuk itu, dilakukan percobaan pemurnian secara rekristalisasi ini.
I.2  Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar rekristalisasi
2.      Mengetahui cara melakukan rekristalisasi



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dimana zat-zat tersebut tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen larutan organik. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999).
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Endapan yang terdiri dari kristal-kristal, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan Kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris. Penampilan luar suatu partikel Kristal besar tidak menentukan penataan partikel. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke satu arah daripada ke lain arah. Kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan yang berfungsi membantu penyaringan (Syabatini, 2010).
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan Kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid). Pengotor pada permukaan kristalini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci, namun dapa juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi krteria tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya kembali.

II. 2 Uraian Bahan
a.       Aquades (FI III 1979 Hal : 96)
Nama resmi
:
AQUA DESTILLATA
Nama lain
:
Air suling
Pemerian
:
Cairan jernih; tidak bewarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
:
Sebagai pelarut
b.      Alkohol (FI III 1979 Hal : 65)
Nama resmi
:
AETHANOLUM
Nama lain
:
Etanol, alcohol
Pemerian
:
Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan  
:
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter p
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api
khasiat

Sebagai pelarut
c.       Aspirin (FI III 1979 Hal : 43)
Nama resmi
:
ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Nama lain
:
Asam asetilsalisilat, asetosal
Pemerian
:
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam
Kelarutan  
:
Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) p, larut dalam kloroform p dan dalam eter p
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik
khasiat

Sebagai sampel

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan yang digunakan
III.1.1 Alat
-    Beaker gelas
-    Bunsen burner
-    Corong kaca
-    Erlenmeyer
-    Gelas ukur
-    Kaki tiga
-    Kawat kasa
-    Kertas saring
III.1.2 Bahan yang digunakan
-    Aquadest
-    Etanol 96%
-    Aspirin 5 gram
-    Norit











III.2 Prosedur Kerja
1.      Diukur aspirin 5 gram lalu dilarutkan dengan 15 alkohol hangat (dalam Erlenmeyer)
2.      Aquadest hangat sebanyak 40 ml dituang kedalam larutan aspirin-alkohol
3.      Ditambahkan norit dalam larutan campuran aspirin
4.      Erlenmeyer dipanaskan sampai zat-zat larut dengan baik (dalam penangas air) bila terbentuk endapan, larutan disaring dalam keadaan panas dengan cepat
5.      Larutan jernih didinginkan menggunakan es batu
6.      Larutan tersebut diamati sampai terbentuk Kristal yang cukup banyak
7.      Larutan dan endapan kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan corong kaca, sebelumnya kertas saring yang digunakan ditimbang terlebih dahulu
8.      Endapan dikeringkan pada suhu kamar
9.      Berat aspirin yang terbentuk ditimbang
10.  Rendamennya kemudian dihitung












BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
IV. 1 Hasil Pengamatan
1.      Tabel hasil pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
·      Ditimbang berat aspirin
·      Warna putih mengkilap, berbentuk Kristal seperti jarum
·      Diukur etanol dan aquadest
·      Warna cairan keruh, terdapat endapan
·      Aspirin dilarutkan dalam pelarut campuran
·      Terdapat endapan
·      Ditambah norit
·      Warna agak kehitaman
·      Disaring panas
·      Terbentuk endapan Kristal
·      Didinginkan
·      Adanya endapan Kristal mengkilap
·      Dihitung persen discovery
·      74,2%
·      Perbandingan sebelum dan sesudah rekristalisasi
·      Berat aspirin awal 5 gram sedangkan berat aspirin sesudah rekristalisasi yaitu 3,71 gram
Perhitungan
Berat aspirin : (Berat sampel + kertas saring) – berat kertas saring
                     : 4,99 gram – 1,28 gram
                     : 3,71 gram
 x 100%
                       x 100 %
        



BAB V
PEMBAHASAN
            Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai rekristalisasi dengan tujuan untuk mengetahui konsep rekristalisai dan mengetahui cara melakukan rekristalisasi
prinsio dasar reksristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampunya.
            Pada percobaan kali ini hal yang pertama dilakukan adalah ditimbang 5 gram aspirin dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 15 ml alcohol hangat setelah itu ditambahkan 40 ml aquadest lalu ditambahkan norit. Kemudian Erlenmeyer dipanaskan dan disaring jika terbentuk endapan. Lalu larutan jernih didinginkan dengan es batu. Setelah itu larutan dan endapan disaring dengan menggunakan kertas saring kemudian endapan yang keringkan ditimbang.
            Pada percobaan ini digunakan aspirin yang bersifat non-polar sedangkan air dan alcohol bersifat polar, dimana prinsip dari rekristalisasi adalah pemurnian senyawa dengan perbedaan kelarutan.
            Alasan digunakan alkohol hangat dan aquadest hangat yaitu bertujuan untuk mempercepat proses kelarutan antara aspirin dengan aquadest dan alkohol. Hal ini karena aspirin dan aquadest agak sukar larut akibat aspirin bersifat non-polar sehingga perlu dipanaskan agar kelarutan sampel dan air cepat larut.
Penambahan norit berfungsi untuk menyerap atau mengikat zat pengotor yang ada pada aspirin, sehingga pada saat disaring didapatkan filtrate yang bening.
Penggunaan es batu pada proses rekristalisasi ini yaitu untuk mendinginkan larutan sehingga didapatkan endapan Kristal aspirin yang sempurna.
Adapun berat aspirin yang didapatkan yaitu 3,71 gram dengan persen discovery adalah 74,2%. Dan perbandingan aspirin sebelum dan sesudah rekristalisasi yaitu terdapat perbedaan pada beratnya, dimana berat aspirin sebelum dilakukan proses rekristalisasi 5 gram sedangkan berat aspirin sesudah proses rekristalisasi 3,71 gram.



























BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai rekristalisasi dapat disimpulkan bahwa :
1.      Prinsip rekristalisasi yaitu pemisahan dan pemurnian senyawa zat padat yang didasarkan atas perbedaan kelarutan zat padat dalam pelarut
2.      Berat aspirin yang terbentuk dari proses rekristalisasi yaitu 3,71 gram dan persen discoverynya 74,2%
3.      perbandingan aspirin sebelum dan sesudah rekristalisasi yaitu terdapat perbedaan pada beratnya, dimana berat aspirin sebelum dilakukan proses rekristalisasi 5 gram sedangkan berat aspirin sesudah proses rekristalisasi 3,71 gram
V.2 Saran
Seharusnya pada bahan yang ingin digunakan dalam praktikum dapat diperbanyak agar dapat menjadi bahan perbandingan terhadap percobaan yang lain.














DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta.
Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
Syabatini, Annisa. 2010. Pemurnian Bahan secara Rekristalisasi. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
Williamson. 1999. Macroscale and Microscale Organic Experiments. Houghton Mifflin Company, USA.

















LAMPIRAN

Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0065.jpg          Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0057.jpg          Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0052.jpg

Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0050.jpg         Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0049.jpg           Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0051.jpg

Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0055.jpg           Description: C:\Users\ASUS_PC\Documents\IMG-20180704-WA0053.jpg             

                               

Related Posts

There is no other posts in this category.