HASIL PENELITIAN Uji Aktivitas Ekstrak Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum pada Staphylococcus aureus dan Candida albicans

HASIL PENELITIAN

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum pada

Staphylococcus aureus dan

Candida albicans

 

 

 

JAMAL SARIPA

NIM: F201601103

 

Hasil Penelitian ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk mengikuti Ujian Komprehensif

 

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2020


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

Saat ini penyakit infeksi menjadi masalah yang serius, ditambah lagi dengan semakin meluasnya resistensi mikroba terhadap obat-obatan yang ada. Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah utama penyebab tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara berkembang dan wilayah beriklim tropis. Penyakit infeksi ini sering di jumpai pada anak karena daya tahan kulit terhadap invasi kuman patogen belum sesempurna orang dewasa. Sebanyak 18 studi prevalensi populasi umum di Negara berkembang  melaporkan  prevalensi yang tinggi untuk penyakit infeksi kulit (21-87%). Gangguan yang paling umum pada anak adalah pioderma (0,2-35%) di ikuti dengan tinea kapitis (1-19,7%), skabies (0,2-24%), dan gangguan kulit akibat virus (0,4-9%). Pioderma merupakan suatu infeksi bakteri kulit yang sering di derita anak-anak (Pandaleke & Kandou, 2015).

Ada beberapa jenis bakteri dan jamur patogen yang mampu bereproduksi untuk menginfeksi manusia. Staphylococcus aureus, Streptococcus pyrogens, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, dan Microsporum, merupakan beberapa contoh mikrobia patogen yang menyebabkan infeksi pada kulit (Leboffe, 2011). Penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh S. aureus dan S. pyrogens seperti selulit, erysipelas, impetigo, foliculitis, furuncle, carbuncle ( radang kulit), dan bisul. Sedangkan dari jenis fungi seperti Candida albicans menyebabkan radang rongga mulut, vulvovaginitis, dan penyakit candidiasis dan Microsporum menyebabkan penyakit kulit edemik pada anak-anak (Leboffe, 2011)

Penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus seperti selulit, erysipelas, impetigo, foliculitis, furuncle, carbuncle (radang kulit), dan bisul. Sedangkan dari jenis fungsi seperti Candida albicans menyebabkan radang rongga mulut, vulvovaginitis, dan penyakit candidiasis dan Microsporum menyebabkan penyakit kulit edemik pada anak-anak (Leboffe, 2011).

Staphylococcus aureus adalah bakteri kokus gram positif. Bakteri ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada manusia. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dapat berkembang menjadi infeksi sistemik yang parah. Habitat Staphylococcus aureus biasanya ada di rongga hidung. Dari rongga hidung, Staphylococcus aureus dapat berpidah dan menyebar ke kulit maupun bagian tubuh lainnya. Selain di lokasi tersebut, Koloni Staphylococcus aureus juga dapat ditemukan di tenggorokan, usus, vagina, lipatan kulit (ketiak) dan perineum. Tetapi infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus merupakan masalah penting di bagian kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kasus resistensi pada antibiotik. Selain karena resistensi, pengguna antibiotik memerlukan biaya yang belum tentu dapat dicapai oleh masyarakat umum (Rahardjo, 2017).  

Candida albicans merupakan salah satu mikroorganisme yang terdapat pada mukosa mulut dapat menyebabkan stomatitis apthosa atau sariawan. Kandidiasis dapat mencegah pertumbuhannya dengan menggunakan antiseptik dan anti fungi (Melsi dkk, 2011). Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi antibiotik dalam jangkawaktu lama, perokok, dan khemoterapi (Komariyah, 2012).

Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan  bakteri. Antibiotik  merupakan salah satu kelas antimikroba, sebuah kelompok yang lebih  besar yang juga termasuk anti-virus, anti-jamur, dan obat-obatan anti-parasit (Istiantoro dkk, 2007).  Antibiotik efektif dalam  mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri namun, seperti semua  obat-obatan antibiotik memiliki potensi untuk mengakibatkan efek samping yang  tidak diinginkan. Banyak efek samping tersebut tidak berbahaya namun ada efek  samping yang serius. Efek samping yang paling umum dari antibiotik adalah diare,  mual, dan muntah. Beberapa orang alergi terhadap antibiotik, khususnya penisilin (Stephens, 2011). Reaksi alergi menyebabkan pembengkakan wajah, gatal dan ruam  kulit dan dalam kasus yang parah, kesulitan bernapas (Istiantoro dkk, 2007).

Penggunaan antibiotika sangat penting dalam melawan bakteri yang menyebabkan mastitis sehingga penggunaan antibiotika yang tepat harus dipilih untuk memastikan efektifitas antibiotika tersebut. Penggunaan antibiotika di Indonesia yang cukup dominan adalah turunan tetrasiklin, penisilin, kloramfenikol, eritromisin dan streptomisin baik pada  manusia maupun hewan (Asmat, 2015). Pola penggunaan antibiotika tersebut telah mencapai tingkat yang berlebihan dan banyak diantaranya digunakan tidak tepat. Tidak terkendalinya penggunaan antibiotika, cenderung akan meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif (Refdanita dkk., 2004).

Tetrasiklin adalah jenis antibiotik digunakan untuk mengobati spektrum yang luas dari infeksi bakteri. Secara umum, tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Tetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram-positif dan gram- negatif, aerobic dan anaerobik. Selain itu, ia juga  aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela, dan protozoa tertentu. Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram-positif seperti B. anthracis, Erysipelothrix rhusiophatiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogenes (Setiabudy, 2007).

Beberapa efek samping yang di timbulkan antibiotik  di atas yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian  dengan bahan alam yang di harapkan dapat memberikan informasi alternatif terapi. Sampel bahan alam yang peneliti gunakan adalah Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum.

Cabe sejak lama telah banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Cabe sering kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai bumbu masak. Selain itu cabe banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Jumlah spesies tanaman cabe yaitu sekitar 20 spesies, namun spesies tanaman cabe yang paling banyak dibudidayakan yaitu cabe rawit Capsicum Frustescens Linn dan Capsicum annum, cabe besar Capsicum annuum var. Grossum, paprika (Capsicum Longum L. Sendt.), dan cabe keriting Capsicum annum var. Longum. Cabe kaya akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin (vitamin B, vitamin C, dan vitamin E), flavonoid, capsaicin, mineral, air, dan serat. Cabe juga mengandung senyawa antioksidan antara lain vitamin C, vitamin E, vitamin K, fitosterol, beta karoten dan beta cryptoxanchin

Dari berbagai macam cabe tersebut sering ditemukan perbedaan dan kemiripan terutama antara cabe rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum  .Dengan adanya kemiripan dan perbedaan dalam jenis-jenis cabe tersebut, dapat dikembangkan menjadi sebuah penelitian baru tentang perbedaan aktivitas antimikroba antara cabe rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum.

Penilitian yang di lakukan Yunita tahun  2012 . Mengatakan bahwa cabai rawit Spesies Capsicum frutescens Linn memiliki kandungan senyawa glikon dan flavanoid yang diketahui memiliki aktifitas antibakteri dan anti jamur. Penelitian yang dilakukan oleh yunita telah menguji aktivitas antioksidan daun cabe rawit Capsicum  frustenes  Linn dengan  metode DPPH.  Hasil  uji  menunjukkan  nilai  LC50  48,28µg/mL dan Fraksi teraktif  yang  terdapat  pada  daun  cabai rawit ialah flavonoid dan glikon (Yunita, 2012).

B.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1.     Apakah ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans?

2.     Pada konsentrasi berapa ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum efektif dalam menghambat  pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans?

C.  Tujuan Penelitian

1.     Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Ekstrak daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum Memiliki Aktivitas dalam menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans

2.     Tujuan Khusus

a.     Mengetahui aktivitas ekstrak daun Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

b.     Mengetahui kosentrasi  ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

D.  Manfaat Penelitian

              Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.   Manfaat Teoritis

             Dapat memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai manfaat kombinasi potensi daun Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

2.   Manfaat Institusi

Dapat mewujudkan peran STIKES Mandala Waluya Kendari dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait tanaman obat lokal.

3.   Manfaat Praktis

             Dapat menambah pengetahuan dan keahlian dalam pengujian tenteng potensi daun Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

E.      Kebaruan Penelitian

         Berdasarkan penulusuran peneliti, penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn. dan Capsicum annum yang efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans belum menemukan penelitian yang sama. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kebaruan Penelitian

No

Peneliti

Judul

Persamaan

Perbedaan

1

Pratama (2015)

Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cabai Rawit

(Capsicum Frutescen Linn.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium Acnes dan Implementasinya Sebagai Media Pembelajaran

. Tanaman yang di gunakan sama daun cabai rawit (Capsicum frutescents Linn.)

Sampel yang di gunakan hanya mengukanakan satu jenis yaitu Cabe Rawit (Capsicum Frutescens Linn.) dan bakteri yang di gunakan berbeda

2

Junairiah (2018)

Efektivitas ekstrak daun cabai rawit (Capsicum frutescents Linn.) Sebagai Penumbuh Rambut Terhadap Hewan Uji Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

Tanaman yang di gunakan sama daun cabai rawit (Capsicum frutescents Linn.)

Metode penilitian yang berbeda

3

Rahmiwati (2013)

Aktivitas Anti Bakteri Dan Anti Jamur Senyawa Calkon(E) ,(naftalen-1-il)- (naftalen)prop-2-1-on

Bakteri yang digunakan Staphylococcus aureus dan menggunakan jamur Candida albicans.

Sampel dan Metode yang di gunakan berbeda mengunakan metode difusi cakram

4

Akbar (2019)

Uji Daya Hambat Organisme Laut Spons Amphimedon Sp., Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli, Dan Jamur Candida Albicans

Bakteri dan jamur yang di gunakan sama yaitu Staphylococcus Aureus dan Candida Albicans

Sampel yang di gunakan berbeda yaitu Organisme Laut Spons Amphimedon Sp

5

Wahyudin (2016)

Cabe Rawit (Capsicum Frutescens Linn.)Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Secara Invitro

Sampel yang di gunakan sama Cabe Rawit (Capsicum Frutescens Linn.) dan metode yang di gunakan sama

Sampel yang di gunakan hanya mengukanakan satu jenis yaitu Cabe Rawit (Capsicum Frutescens Linn.) dan bakteri yang di gunakan berbeda

6

Yuliet (2018)

 

Efek Antipiretik Ekstrak Daun Cabe Rawit (Capsicum Annum) Terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Vaksin Difteri Pertusis Tetanus

Sampel yang di gunakan sama Cabe Rawit (Capsicum Annum)

Sampel yang di gunakan hanya mengukanakan satu jenis yaitu Cabe Rawit (Capsicum Annum.) dan jenis penilitian yang berbeda

 


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Variabel Terikat

1.     Tinjauan Umum Tanaman Cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn.

a.   Klasifikasi tanamna menurut cahyono (2003) :

Divisio                 : Spermatophyta

Subdivisio            : Angiospermae

Class                     : Dicotyledoneae

Ordo                     : Corolliforea

Famili                   : Solanaceae

Genus                   : Capsicum

Spesies                 : Capsicum frutescens Linn

 

 

 

Gambar 1. Tanaman cabe rawit Capsicum frutescens Linn (Cahyono, 2003)

b.   Morfologi Capsicum frutescens Linn.

Sistem perakarannya agak menyebar, diawali dengan akar tunggang yang sangat kuat, kemudian cabang-cabang akar, dan secara terus menerus tumbuh akar-akar rambut.  Karakteristik perakaran cabai rawit dapat diamati pada stadium bibit dan stadium tanaman muda. Akar-akar baru akan terus dibentuk dari akar utama pada stadium tanaman muda sampai dewasa. Kedua arah pertumbuhan akar tersebut dinamai ‘diarchous root system’ artinya dua arah system perakaran yang berlawanan (Rukmana, 2004).

Tanaman cabai rawit mempunyai batang yang tumbuh tegak, berfungsi sebagai tempat keluarnya cabang, tunas, daun , bunga dan buah. Kulit batangnya tipis sampai agak tebal.pada stadium tanaman muda kulit berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan setelah stadium tua (dewasa) (Rukmana, 2004).

Daun cabai rawit tumbuh tunggal dengan bentuk bervariasi, mulai dari lancip, sampai bulat telur dan runcing pada ujungnya. Daun berwarna hijau tua, mengkilap, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan atau tersusun secara spiral pada batang utama. Panjang daun antara 1,5 cm-10 cm dan lebarnya antara 0,5 cm-5 cm (Tindal, 1983).

Bunga tanaman cabai  rawit (Pandaleke & Kandou, 2015) kecil tumbuh diketiak-ketiak daun dan ujung-ujung ruas, jumlahnya 1 atau 2, kadang-kadang lebih. Warnanya hijau kekuningan. Mahkota bunga warna kunig kehijauan atau kekuningan, garis tengah 0,5-1 cm, bentuk bintang bersudut 5-6. Benang sari 5 buah tegak, warna kepala benang sari ungu. Kelopak bunga kecil, berbentuk bintang sudut 5. Tangkai bunga tegak, panjangnya 1,5-2,5 cm, warnanya hijau muda (Pracaya, 1994).

Bentuk buah tanaman cabai rawit bervariasi mulai dari pendek dan bulat sampai panjang dan langsing. Warna buah muda umumnya hijau sampai kekuning keputih-putihan, tetapi seteah tua (matang) berubah menjadi merah tua atau merah muda. Buah memiliki panjang 1-6 cm dengan diameter 0,5-1,5 cm tergantung jenis atau kultivarnya. Biji tanaman berwarna kuning padi, melekat dalam buah pada papan biji (placenta). Biji terdiro atas kulit kulit biji (spermodermis), tali pusat (funiculus) dan inti biji (nucleus seminis) (Rukmana, 2004).

c.     Kandungan kimia

Cabai rawit mengandung saponin, alkaloid terpenoid, kuinon dan flavanoid. Senyawa saponin dan flavanoid pada daun cabai rawit memiliki peranan untuk memacu pertumbuhan rambut. Senyawa flavonoid banyak terdapat pada jaringan tanaman yang berperan sebagai antioksidan. Senyawa saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh terutama tanaman dikoti. (Suparjo, 2009).

2.     Tinjauan UmumTanaman Cabai rawit spesies Capsicum annum

a.   Klasifikasi tanaman menurut (Dalimartha, 2003)

Kingdom              : Plantae

Divisio                 : Spermathophyta

Subdivision          : Angiospermae

Klas                      : Dicotyledonae

Sub klas                : Sympetalae

Ordo                     : Tubiflora

Family                  : solanaceae

Genus                   : Capsium

Spesies                 : Capsicum annum .

           

Gambar 2. Tanaman cabe rawit Capsicum annum (Dalimartha, 2003)

b.     Morfologi Capsicum annum .

Tanaman cabai berbentuk perdu tegak, tinggi 100-125 cm. Batang berkayu,  percabangan lebar, batang muda berambut halus berwarna hijau. Daun tunggal dan bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm). Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12cm, lebar 1-5 cm,berwarna hijau (Dalimartha, 2003).

Bunga tunggal berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun  Buah muda berwarna hijau tua setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua berwarna coklat, berbentuk pipih, berdiametersekitar 4 mm, rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang mencium buahnya berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya,menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas (Dalimartha, 2003). 

c.     Kandungan kimia

Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cabe rawit mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, steroid dan tanin, dan tidak terdapat senyawa triterpenoid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (Ranajit, 2013) bahwa jumlah kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak daun cabe rawit sebesar 1,25 µmol/g. (yuliet.2018)

 

B.    Tinjauan Umum Variabel Bebas

1.     Tinjauan Variabel Bebas Mikroba

a.     Streptococcus aureus

Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus ( Menurut Ferianto.2012)

Divisi  : Protophyta

Kelas  : Schizomycetes

Ordo  : Eubacteriales

Famili  : Micrococcceae

Genus  : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 3. Staphylococcus aureus yang Dilihat dari Mikroskop Elektron. (Todar, 2008)

 

            Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat dengan diameter 0,8-1 mikron, bergerombol menyerupai untaian anggur, Gram positif, non motil, tidak membentuk spora, beberapa strain yang langsung diambil dari penderita membentuk semacam kapsul, koloni berwarna kuning emas, hemolisis pada blood agar, dapat tumbuh dalam media dengan konsentrasi NaCl hingga 15% (pada media MSA berwarna kuning) (Tyasningsih dkk, 2010).

            Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-46OC dan pada pH 4,2-9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm. I membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning (Dewi, 2013).

            Protein A termasuk dalam komponen permukaan pada kebanyakan Staphylococcus aureus yang virulen. Mikrokapsul polisakarida pada beberapa galur Staphylococcus aureus yang berfungsi sebagai antifagosit yang mempunyai kemampuan mencegah bakteri dari respon peradangan. Pada permukaan sel Staphylococcus aureus juga terdapat pigmen karoten yang memberi warna orange atau kuning (Dewi, 2013).

b.     Candida albicans

Klasifikasi Candida albicans

Division

:

Thallophyta

Subdivisio

:

Fungi

Classis

:

Deuteromycetes

Ordo  

:

Moniliases

Familia

:

Cryptococcaceae 

Genus

:

Candida

Spesies

:

Candida albicans (Frobisher, 1983)

 

                 Gambar 4. Bentuk Mikroskop Candida albicans (Tortora, 2001)

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam tranmisi dan penyebaran, serta germinated yeast oleh karena itu Candida disebut jamur dimorfik (Perbedaan ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhi selama proses pertumbuhan berlangsung. Bentuk fenotip dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik karena dapat menghasilkan Mycelia (Tortora, 2001).

Sel jamur Candida  berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong. Koloninya pada medium padat sedikit timbul dari permukaan medium, dengan permukaan halus, licin atau berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung (Suprihatin, 1982). Candida albicans dapat meragikan glukosa dan maltosa menghasilkan asam dan gas. Selain itu Candida albicans juga menghasilkan asam dari sukrosa dan  tidak bereaksi dengan laktosa (Jawet dkk, 1996).

2.     Ekstraksi

  Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi bau yang telah ditetapkan (Dirjen POM, 1995).

 

 

Ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2013) :

a.     Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.

b.     Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah dituang, sebaliknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

           Ekstraksi merupakan proses yang dilakukan oleh cairan penyari untuk menarik keluar zat aktif yang beberapa terdapat pada tanaman obat. Zat aktif  berada didalam sel, sehingga untuk dapat mengeluarkan zat aktif dari dalam sel diperlukan suatu cairan penyari atau pelarut tertentu. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzen dan etil asetat (Najib, 2018).

            Proses ekstraksi yang terjadi adalah masuknya cairan penyari kedalam sel (osmosis) akan semakin mudah apabila dinding sel sudah tidak menjadi utuh lagi akibat adanya proses penyerbukan. Cairan penyari yang masuk akan membuat zat aktif yang berada didalam sel terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan cairan penyari yang berada diluar sel, maka pada tahap ini terjadi proses difusi (Najib, 2018).

Adapun metode yang dapat digunakan dalam ekstraksi sampel yaitu:

a)   Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut: 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit (lambat) (Fitri Rahmadani, 2015)

b)  Soxhletasi.

Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c)   Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur dan titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

d)    Maserasi

Salah satu metode ekstraksi yang paling umum digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu kamar menggunakan pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam sampel. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan analit. Ekstraksi dilakukan berulang kali sehingga analit terekstraksi secara sempurna. Indikasi bahwa semua analit telah terekstraksi secara sempurna adalah pelarut yang digunakan tidak berwarna (Leba, 2017).

Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang digunakan sangat sederhana, dapat digunakan untuk analit baik yang tahan terhadap pemanasan maupun yang tidak tahan terhadap pemanasan. Kelemahannya adalah menggunakan banyak pelarut (Leba, 2017).

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya : (Leba, 2017)

a.     Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu antara 40-50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

b.     Maserasi dengan mesin pengadukan adalah maserasi yang dilakukan dengan menggunakan mesin pengadukan yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 samapi 24 jam.

c.     Remaserasi adalah penyarian dimana cairan penyari dibagi menjadi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d.     Maserasi melingkar adalah penyarian yang digunakan dengan cairan penyarian yang selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

e.     Maserasi melingkar bertingkat adalah metode penyarian yang menggunakan peralatan yang hampir sama dengan maserasi melingkar, tetapi dengan jumlah bejana penambung yang disesuaikan dengan keperluan (lebih banyak).

3.     Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu syarat keberhasilan suatu pekerjaan mikrobiologi. Untuk hal ini diperlukan peralatan dan media yang steril. Sterilisasi merupakan proses mematikan mikroba baik yang ada pada media maupun pada peralatan (Lestari, 2018).  Ada beberapa macam sterilisasi yang umum digunakan, diantaranya (Lestari,2017)  :

a.     Sterilisasi dengan Panas-Lembab

Sterilisasi basah atau panas lembab di lakukan menggunakan autoklaf Sterilisator tersebut menggunakan uap air jenuh bertekanan 15 Ib/in2 selama 15 menit pada suhu 1210C. Autoklaf digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembaban diantaranya adalah media biakan, larutan, kapas, sumbat karet dan peralatan laboratorium.

b.     Sterilisasi dengan Pemanasan Kering

Sterilisasi dengan panas kering digunakan pada bahan-bahan seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, botol sampel, juga perlatan seperti jarum suntik dan bahan-bahan yang tidak tembus uap. Suhu yang digunakan berkisar antara 160-1700C. Sterilisasi dengan panas kering dilakukan di oven.

c.     Sterilisasi dengan Perlakuan kimia

Bahan yang mudah rusak jika disterilkan pada suhu tinggi, maka bisa disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas atau radiasi. Bahan kimia yang dapat digunakan adalah etilana oksida, formaldehida, dan glutaraldehida alkalin. Bahan kimia ini digunakan pada suhu kamar. Lamanya perlakuan berkisar antara 2 sampai 18 jam. Sterilisasi dengan radiasi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sinar gamma, namun penggunaannya terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya yang tinggi.

d.     Sterilisasi dengan Penyaringan

Proses sterilisasi lain yang dilakukan pada suhu kamar adalah penyaringan. Dasar metode ini adalah proses mekanis yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme yang hidup dengan cara melakukannya lewat suatu saringan, misalnya saringan Seitz. Saringan Seitz terdiri atas piring saringan asbes yang berdiameter pori 0,45 µm, tujuannya bakteri dan sel-sel lain tertahan pada saringan tersebut. Bahan yang biasa disterilkan adalah ekstrak tanaman, serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, media sintetik tertentu dan antibiotik

4.     Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Tetrasiklin ditemukan sekitar tahun 1940 yang merupakan antibiotik yang mengganggu proses sintesis protein. Antibiotik ini merupakan antibiotik pilihan yang mampu menghambat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Senyawa ini diperoleh dari Streptomyces aureofaqciens dan Streptomyces rimosus. Mekanisme kerja tetrasiklin pada proses sintesis protein yaitu antibiotik ini akan berikatan dengan subunit 30 ribosom sehigga akan menghasilkan ikatan aminoasil tRNA pada sisi ribosom sehingga akan mengganggu ikatan peptida (Mutschler, 2006). Mekanisme tetrasiklin memiliki kesamaan dengan mekanisme flavonoid di mana flavonoid memiliki  mekanisme  kerja  dalam menghambat  pertumbuhan  mikroba  dengan cara  masuk  ke  dalam  sel  yang  menyebabkan terkoagulasi protein pada membran sel sehingga  mengakibatkan  struktur  protein  menjadi rusak. Ketidakstabilan  pada  dinding  sel  dan membran sitoplasma menyebabkan fungsi permeabilitas selektif,  fungsi  pengangkutan  aktif, pengendalian susunan protein dari sel mikroba menjadi  terganggu,  yang  akan  berakibat  pada hilangnya  makromolekul  dan  ion  dari  sel, sehingga sel menjadi kehilangan bentuk dan terjadi lisis (Purwanto, 2016).

5.     Penentuan Uji Aktivitas Antibakteri dan Antijamur

Ada 2 metode penentuan antimikroba yaitu:

a.    Metode Penyebaran (Diffusion)

             Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah :

1.   Metode Cylinder Cup (Ring Diffusion Method)

Mikroba ditanam pada media agar kemudian silinder diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung sejumlah antibiotik atau antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

2.  Metode cawan kertas (Paper Disc Method)

          Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar daerah diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

3.     Metode Sumuran Agar (Welss Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat lubang dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah antimikroba/antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba yang terjadi.

b.   Metode Pengenceran (Dillution Method)

Prinsip metode ini adalah sampel (larutan) dimasukkan dalam tabung yang berisi pembernihan cair, kemudian kedalam tabung tersebut ditambahkan suspensi mikroba dengan jumlah tertentu. Pada keadaan normal mikroorganismeakan tumbuh. Beberapa modifikasi dari metode ini yaitu :

1)  Metode Pengenceran Dalam Cairan (Broth Dillution Method)

Sejumlah tabung yang berisi media cair dan kuman dimasukkan bahan/mikroba dengan bahan tertentu.

2)  Metode Pengenceran Dalam Agar (Agar Dillution Method)

Prinsipnya sama dengan Borth Dillution Method, hanya media cair diganti dengan media agar

3)  Metode Pengenceran Secara Resmi (Serial Dillution Method)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah deretan tabung media cair dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian keadaan masing-masing tabung ditambahkan suspensi mikroba dengan konsentrasi tertentu. Kocok sampai homogen dan diinkubasi pada suhu  37ᵒC, sebagai kontrol digunakan tabung berisi media pembenihan dengan mikroorganisme. Potensi daya antimikroba yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar (Ferdawati, 2018).

 

 

Tabel 2.Kategori Diameter Zona Hambat ( Sudrajat dan Ruga, 2012).

≤ 5 mm

Lemah

5-10 mm

Sedang

11-20 mm

Kuat

> 21

Sangat kuat

 

Pengukuran zona hambat dilakukan dengan menggunakan 2 garis yang saling tegak lurus melalui titik pusat pelubang, sedangkan garis yang ketiga diambil diantara 2 garis tersebut, yaitu dengan membentuk garis dengan sudut 45. Pengukuran dilakukan 3 kali pada tempat yang berbeda (Harsini, 2009).

 

 

 

 

 

 


Gambar 5. Diagram plat agar yang dibagi menjadi 5 bagian

 

          Pembacaan didasari pada ukuram zona inhibisi yang mengelilingi setiap cakram. Zona-zona tersebut dihitung dalam milimeter (mm), dan perbedaan ukuran walaupun hanya 2 hingga 3 mm dapat berarti berbeda untuk menjelaskan organisme rentan ata sensitif terhadap obat, atau menjadi resisten, yang mengindikasikan bahwa obat menjadi tidak efektif (Pollack, 2004).

C.    Kajian Empiris

            Secara empiris pengobatan penyakit infeksi kulit telah banyak dilakukan, salah satunya dengan menggunakan tanaman herbal seperti ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum yang masing-masing telah dilaporkan memiliki senyawa aktif berupa flavonoid yang memiliki aktivitas antimikroba. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang terbesar dialam yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri (Dinata, 2008). Secara umum flavonoid merupakan senyawa polifenol. Senyawa fenol akan mendenaturasi protein sel dan mengerutkan dinding sel sehingga dapat melisiskan dinding sel jamur (Nogrady, 1992). Senyawa fenol juga dapat merusak membran sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan Chan, 2005).

             Ekstrak  daun cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum sudah lama dipergunakan oleh masyarakat lokal secara turun-temurun sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti jerawat, diare, obat pembu ranbut, bisul, infeksi kulit. Hal tersebut telah sesuai dengan penelitian Berdasarkan penelitian (Yunita 2012) daun cabe rawit mengandung senyawa glikon dan flavonoid. Secara empiris daun cabe rawit sering digunakan untuk obat jerawat . Setelah diteliti ternyata daun cabe rawit ini memiliki khasiat sebagai antioksidan dengan nilai IC50 fraksi teraktif dari ekstrak metanol  yaitu 72,07 μg/ml (Yunita 2012) dan antibakteri pada konsentrasi 70%, 80%, 90% , 100% ekstrak daun cabe rawit terbukti memberikan daya hambat bakteri Staphylococcus aureus (Rahim et al. 2014 ).

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Penyakit infeksi kulit yang sering ditemukan pada masyarakat adalah penyakit infeksi bakteri (pioderma) dan penyakit infeksi jamur (mikosis superfisialis). Penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus seperti selulit, erysipelas, impetigo, foliculitis, furuncle, carbuncle (radang kulit), dan bisul. Sedangkan dari jenis fungi seperti Candida albicans menyebabkan radang rongga mulut, vulvovaginitis, dan penyakit candidiasis dan Microsporum menyebabkan penyakit kulit edemik pada anak-anak (Leboffe, 2011). Staphylococcus aureus adalah bakteri kokus gram positif. Bakteri ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada manusia Koloni Staphylococcus aureus juga dapat ditemukan di tenggorokkan, usus, vagina, lipatan kulit (ketiak) dan perineum (Rahardjo, 2017). Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia (Komariyah, 2012).

Adapun tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi kulit yaitu Cabe  rawit, cabe rawit terdiri dari beberapa jenis di antaranya cabe rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum. Kandungan senyawa pada cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn yang dapat berpotensi sebagai antibakteri dan antijamur  yaitu mengandung saponin, alkaloid terpenoid, kuinon dan flavonoid. Senyawa saponin dan flavonoid pada daun cabai rawit memiliki senyawa flavonoid di mana flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang terbesar dialam yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri (Dinata, 2008). Sedangkan pada cabe rawit spesies Capsicum annum mempunyai beberapa kandungan senyawa yang dapat berpotensi sebagai antibakteri dan antijamur yaitu mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, steroid dan tanin, dan tidak terdapat senyawa triterpenoid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (Ranajit, 2013) bahwa jumlah kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak daun cabe rawit sebesar 1,25 µmol/g (Yuliet, 2018).

B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

 

Aktivitas antimikroba

 

Ekstrak daun Cabai Rawit spesies (Capsicum frutescens Linn.) dan (Capsicum annum)

           

Efektivitas antimikroba

 

 

 

 


Keterangan:

                                          

 

: Variabel independen

                                            : Variabel dependen

: Menyatakan pengaruh antara variabel independent dan

  dependent

Gambar 3 : Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitian ini Ekstrak daun Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum

2. Variabel bebas : a. Efektivitas antimikroba

b. Aktivitas antimikroba

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Defenisi Operasional Variabel Independent

Ekstrak cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum merupakan hasil yang didapatkan dari proses ekstraksi kedua sampel tersebut.

Kriteria objektif : Dalam satuan : gr

2. Defenisi Operasional Variabel Dependent

a. Aktivitas Antimikroba

           Aktivitas Antimikroba adalah efek yang di tandai dengan adanya zona bening yang dapat ditimbulkan dari suatu sampel.

Kriteria objektif :

1.     Mempunyai aktivitas antimikroba : Jika zona bening yang di timbulkan berbeda signifikan dengan kontrol negatif

2.     Tidak mempunyai aktivitas antimikroba : Jika zona bening yang di timbulakam  tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif

b. Efektivitas Antimikroba

           Efektivitas antimikroba adalah efek yang dapat dicapai dari suatu sampel sebagai antimikroba dan aktivitasnya yang telah diketahui.

Kriteria objektif :

1.     Mempunyai efektivitas antimikroba : Jika zona bening yang di timbulkan sama atau lebih baik dengan kontrol positif

2.     Tidak mempunyai efektivitas antimikroba : Jika zona bening yang di timbulkan lebih rendah dengan kontrol positif.

E. Hipotesis penelitian ini adalah:

p  0,05             H0 diterima, Ha ditolak

p  0,05             H0 ditolak, Ha diterima

Keterangan :

1.     Aktivitas

H0 =  Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum Frutescens Linn dan Capsicum annum memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Ha = Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum Frutescens Linn dan Capsicum annum tidak memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

p Value > 0,05           Ha ditolak dan H0 diterima

p Value < 0,05           Ha diterima dan H0 ditolak

Keterangan :

2.     Efektivitas

H0  =  Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum Frutescens Linn dan Capsicum annum memiliki efektivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Ha  =  Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum Frutescens Linn dan Capsicum annum tidak memiliki efektivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

 


 

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penilitian Analitik. Rancangan Penilitian Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum. Rancangan penilitian menggunakan Rancangan Eksperimen Sederhana (Post test Only With Control Group Design) yang terdiri dari 4 perlakuan, 2 kontrol dengan 3 kali replikasi / ulangan.

Tabel 3. Desain penelitian zona hambat ektrak daun cabe rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum dalam menghambat pertumbuhan  Staphylococcus aureus dan Candida albicans sebagai berikut.

NO

Sampel

Konsentrasi

Pemeriksaan

Rata-rata hasil pengamatan

Replikasi I (mm)

Replikasi II (mm)

Replikasi III (mm)

Rata-rata (mm)

1

Capsicum frutescens Linn

5%

Staphylococcus aureus

 

 

 

 

10%

 

 

 

 

20%

 

 

 

 

40%

 

 

 

 

Tetrasiklin

 

 

 

 

DMSO

 

 

 

 

5%

 

Cadida  albicans

 

 

 

 

 

10%

 

 

 

 

20%

 

 

 

 

40%

 

 

 

 

Tetrasiklin

 

 

 

 

DMSO

 

 

 

 

2

Capsicum annum

5%

Staphylococcus aureus

 

 

 

 

10%

 

 

 

 

20%

 

 

 

 

40%

 

 

 

 

Tetrasiklin

 

 

 

 

DMSO

 

 

 

 

5%

 

Cadida  albicans

 

 

 

 

 

10%

 

 

 

 

20%

 

 

 

 

40%

 

 

 

 

Tetrasiklin

 

 

 

 

DMSO

 

 

 

 

 

   Keterangan : 

            5%                               : Ekstrak Dengan Konsentrasi (5%)

10%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (10%)

20%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (20%)

40%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (40%)

Tetrasiklin                  : Kontrol Positif

DMSO                         : Kontrol Negatif

B.    Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Mei 2020, yang bertempat di Laboratorium Farmokognosi-Fitokimia dan Mikrobiologi STIKES Mandala Waluya.

C.    Alat dan Bahan Penelitian

1.   Alat

Alat-alat yang digunakan adalah wadah maserasi, rotary  evaporator, corong pisah, hair dryer, kertas saring, kertas label, cawan petri, tabung reaksi, vial, batang pengaduk, kapas, spoit, pinset, jarum ose, paper disk, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, rak tabung reaksi, lampu spiritus, timbangan digital, penangas air, oven, inkubator,  mistar, colony counter.

2.      Bahan

Bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah ekstrak, metanol, n-heksan, Tetrasiklin, ektrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum Frutescens Linn dan Capsicum annum, DMSO, aquadest, NaCl, Streptococcus aureus, Candida albicans, Nutrient Agar  (NA) dan Potato Dextrosa Agar (PDA).

 

 

D.    Populasi dan Sampel

Populasi   : Tanaman Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum

  annum yang di peroleh dari konda konawe selatan, Sulawesi Tenggara.

Sampel     : Daun cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum 

  diperoleh dari konda Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara

E.    Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel ekstrak daun cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum diperoleh dari konda Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.   Pengolahan Sampel

Sampel dicuci bersih dengan air mengalir, dipotong kecil kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa terkena matahari secara langsung, setelah itu sampel diblender kasar.

3.   Ekstraksi Sampel

Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Serbuk kering daun cabai rawit  dimaserasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 3:1. Maserat kemudian disaring untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh maserat kental (ekstrak etanol).

 

 

 

4.     Identifikasi Golongan Senyawa Kimia

a.   Pemeriksaan alkaloid

Larutan ekstrak uji sebanyak 2 mL diuapkan di atas cawan porselin hingga di dapat residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N. Larutan yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan HCl 2 N yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada tabung kedua dan endapan putih hingga kekuningan pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid (Idadi dkk., 2013).

b.   Pemeriksaan sterol dan triterpenoid

Ekstrak dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform, lalu ditambah dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Selanjutnya, campuran ini ditetesi dengan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Bila terbentuk warna hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol. Jika hasil berupa cincin kecokelatan atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya triterpenoid (Idadi dkk., 2013).

c.     Pemeriksaan saponin

Ekstrak uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang (Idadi dkk., 2013).

d.     Pemeriksaan flavonoid

Ekstrak 1 ml diuapakan sampai kering, lalu ditambahkan aseton, asam borat, dan asam oksalat, diuapkan hati-hati di atas tangas air. Sisa ditambahkan 10 ml eter, kemudian diamati dibawah sinar UV 366 nm. Jika terlihat pendaran warna kuning intensif menunjukkan adanya senyawa flavanoid (Winarti dkk, 2007).

e.     Pemeriksaan tanin

Ekstrak 1 mg ditambahkan etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau (Marlinda dkk, 2012).

F.    Pengujian Aktivitas antibakteri

a.   Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Pembuatan Nutrient Agar (NA) dengan cara ditimbang 3,3 gram NA, dilarutkan dalam 165 ml aquadest, dipanaskan hingga mendidih, kemudian disterilkan di autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C. Media NA siap digunakan untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

b.     Pembuatan suspensi bakeri

Staphylococcus aureus biakan murni diambil 1 ose, kemudian digoreskan kedalam 5 ml media NA yang telah memadat di dalam tabung reaksi, dan diinkubasi pada suhu 350 - 370C selama 18-24 jam. Kemudian diambil 1 ose inokulum, di masukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 10 ml NaCl dan di homogenkan. Suspensi bakteri siap digunakan untuk uji aktivitas antibakteri

c.   Uji aktivitas zona hambat Antibakteri

Plat agar yang digunakan sebanyak 6 dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari lima plat agar dan masing-masing di bagi menjadi lima bagian menggunakan spidol. Bagian kedua terdiri dari tiga plat agar dan masing-masing plat agar di bagi menjadi dua bagian meggunakan spidol.

Media NA yang telah disterilkan di masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 15 ml, di tambahkan 1 ml suspensi bakteri, di homogenkan, kemudian di masukkan kedalam cawan petri dan di biarkan hingga memadat. Paper disk yang telah berisi Ektraksi etanol 5%, 10%, 25% dan 40 % di masukan kedalam plat agar bagian pertama sedangkan paper disk yang berisi kontrol (+) Tetrasiklin dan kontrol (-) DMSO di masukkan kedalam plat agar bagian kedua. Kemudian di inkubasi di dalam inkubator pada suhu 350C-370C selama 18-24 jam. Masing-masing plat bakteri dikeluarkan dari inkubator, di amati luas daerah hambatan pertumbuhan baketeri dan di ukur zona hambat yang terjadi.

G.   Pengujian Aktivitas antijamur

1.     Pembuatan Medium PDA

Ditimbang 3,9 g, dimasukkan ke dalam enlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga 100 mL. Lalu diaduk hingga homogen, dipanaskan dalam air mendidih sambil diaduk sekali-kali selama 1 menit atau sampai serbuk larut sempurna. Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 mL. Disterilkan kedalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Diletakkan tabung dengan posisi miring kurang lebih 15 menit, biarkan memadat media siap digunakan sebagai media pertumbuhan untuk jamur Candida albicans (Djide & Sartini, 2016).

2. Pembuatan Suspensi Jamur

Adapun prosedur penyiapan jamur pada penelitian ini yaitu dilakukan Peremajaan Jamur, diambil satu ose biakan murni jamur Candida albicans dengan menggunakan jarum ose yang telah disterilkan, digoreskan pada media PDA miring, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pembuatan suspensi jamur dengan cara diambil sebanyak satu ose biakan jamur Candida albicans yang  telah diremajakan dimedia PDA miring, dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 0,9% sebanyak 9 mL dikocok sampai homogen hingga diperoleh suspensi jamur (Maliku, 2010).

3. Uji aktivitas zona hambat anti jamur

Pertumbuhan Jamur Candida albicans dengan metode cakram disk. Sebanyak 1 ml suspensi mikroba uji dimasukkan ke dalam cawan petri yang masing-masing berisi 15 ml media PDA, lalu dihomogenkan. Setelah media padat diletakkan kertas cakram steril yang telah dicelupkan sediaan uji. Lalu diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC. Diamati adanya pertumbuhan mikroba uji dan diukur daerah hambatan yang terbentuk (Anggraini dkk,2012).

H.   Pengolahan dan Analisis Data

a.     Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini khusus dilakukan menggunakan Analisis One-Way ANOVA dan uji dunchan menggunakan perangkat program SPSS versi 20 dengan membandingkan hasil dari pengujian daya hambat sediaan terhadap bakteri Staphylococcus aureus Data dianggap signifikan jika nilai p kurang dari 0,05.

b.     Analisis Data

Data yang akan dianalisa disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dijabarkan dalam bentuk narasi.

 

 

I.      Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu pertama peneliti mengajukan surat izin melakukan penelitian kepada Kepala Laboratorium Farmasi STIKES-MW, selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dan terakhir peneliti melakukan penelitian dengan tetap memperhatikan aturan didalam laboratorium Farmasi STIKES-MW Kendari.

 


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Analisis Data

1.     Analisis Univariat

a.     Hasil Ekstraksi Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn.

    Tabel 4. Ekstrak Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn.

Simplisia

Ekstrak

Rendamen (%)

300 g

110,23 g

36,74

 

b.     Hasil Ekstraksi Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum annum.

    Tabel 5. Ekstrak Daun Cabe Rawit Spesies Capsicum annum.

Simplisia

Ekstrak

Rendamen (%)

300 g

100,15 g

33,50

 

c.     Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus aureus dan Candida albicans

Tabel 6. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun cabe rawit spesies Capsicum frutescens Linn.

Konsentrasi

Pemeriksaan

Rata-rata hasil pengamatan

Replikasi I (mm)

Replikasi II (mm)

Replikasi III (mm)

Rata-rata (mm)

5%

 Staphylococcus aureus

1,7 mm

1,4 mm

1,7 mm

1,6 mm

10%

2,3 mm

3 mm

2,3 mm

2,5 mm

20%

3,2 mm

3,3 mm

3,2 mm

3,2 mm

40%

4,3 mm

4,2 mm

4,3 mm

4,2 mm

Tetrasiklin

30 mm

29,6 mm

27,6 mm

 29,06 mm

DMSO

-

-

-

-

5%

 

Candida  albicans

 

-

-

-

-

10%

-

-

-

-

20%

-

-

-

-

40%

-

-

-

-

Tetrasiklin

29 mm

28,6 mm

26,6 mm

84,2 mm

DMSO

-

-

-

-

     Keterangan : 

            5%                               : Ekstrak Dengan Konsentrasi (5%)

10%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (10%)

20%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (20%)

40%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (40%)

Tetrasiklin                  : Kontrol Positif

DMSO                         : Kontrol Negatif

Tabel 7. Hasil pengukuran diameter zona hambat . Ekstrak daun cabe rawit Spesies Capsicum annum.

Konsentrasi

Pemeriksaan

Rata-rata hasil pengamatan

Replikasi I (mm)

Replikasi II (mm)

Replikasi III (mm)

Rata-rata (mm)

5%

 Staphylococcus aureus

5,4 mm

5,6 mm

 6,4 mm

5,8 mm

10%

6,7 mm

 8,4 mm

8,5 mm

7,8 mm

20%

12,2 mm

12,6 mm

14,3 mm

13,0 mm

40%

20,2 mm

19,3 mm

21,3 mm

20,2 mm

Tetrasiklin

30 mm

29,6 mm

27,6 mm

29,06 mm

DMSO

-

-

-

-

5%

 

Cadida  albicans

 

10 mm

9 mm

9,8 mm

9,6 mm

10%

13,6 mm

12,4 mm

14,6 mm

13,5 mm

20%

19 mm

19 mm

19,3 mm

19,1 mm

40%

24 mm

23 mm

26,2 mm

24,4 mm

Tetrasiklin

29 mm

28,6 mm

26,6 mm

84,2 mm

DMSO

-

-

-

-

     Keterangan : 

            5%                               : Ekstrak Dengan Konsentrasi (5%)

10%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (10%)

20%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (20%)

40%                             : Ekstrak Dengan Konsentrasi (40%)

Tetrasiklin                  : Kontrol Positif

DMSO                         : Kontrol Negatif

Tabel 8. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa Aktif                                                                                                         

Senyawa

Sampel

Hasil

Keterangan

Alkaloid

Capsicum frutescens Linn

Positif (+)

Terbentuk endapan putih

Tanin

Positif (+)

Warna biru/hijau kehitaman

Saponin

Positif (+)

Busa

Flavanoid

Positif  (+)

Warna kuning intensif

Triterpenoid

Positif (+)

Terbentuk cincin kecoklatan

Alkaloid

Capsicum annum

Positif (+)

Terbentuk endapan putih

Tanin

Positif (+)

Warna biru/hijau kehitaman

Saponin

Positif (+)

Busa

Flavanoid

Positif (+)

Warna kuning intensif

Triterpenoid

Positif (+)

Terbentuk cincin kecoklatan

    

            Keterangan : (+) Mengandung golongan senyawa uji

             (-) Tidak mengandung senyawa uji

2.     Analisis Bivariat

       Tabel 9. Hasil Analisis Mann-Whitney Test zona hambat ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn pada Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

Uji statistik perbandingan setiap konsentrasi

Konsentrasi

P value

Staphylococcus aureus

Candida albicans

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 10%

0,062

1,000*

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 20%

0,004

1,000*

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 40%

0,000

1,000*

Konsentrasi 5% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 5% vs kontol negative

0,004

1,000*

Konsentrasi 10% vs konsentrasi 20%

0,149*

1,000*

Konsentrasi 10% vs konsentrasi 40%

0,002

1,000*

Konsentrasi 10% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 10% vs kontrol negative

0,000

1,000*

Konsentrasi 20% vs konsentrasi 40%

0,042

1,000*

Konsentrasi 20% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 20% vs kontrol negaf

0,000

1,000*

Konsentrasi 40% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 40% vs kontrol negaf

0,000

1,000*

Kontrol positif vs kontrol negative

0,000

0,000

Ket :  ⃰⃰ =p < 0,05 Berbeda signifikan

   P > 0,05 Tidak Berbeda signifikan

 

Tabel 10. Hasil Analisis Mann-Whitney Test zona hambat ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum annum pada Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Uji statistik perbandingan setiap konsentrasi

Konsentrasi

Konsentrasi

Staphylococcus aureus

Candida albicans

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 10%

0,019

0,000

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 20%

0,000

0,000

Konsentrasi 5% vs konsentrasi 40%

0,000

0,000

Konsentrasi 5% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 5% vs kontol negatif

0,000

0,000

Konsentrasi 10% vs konsentrasi 20%

0,000

0,000

Konsentrasi 10% vs konsentrasi 40%

0,000

0,000

Konsentrasi 10% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 10% vs kontrol negatif

0,000

0,000

Konsentrasi 20% vs konsentrasi 40%

0,000

0,000

Konsentrasi 20% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 20% vs kontrol negaf

0,000

0,000

Konsentrasi 40% vs kontrol positif

0,000

0,000

Konsentrasi 40% vs kontrol negaf

0,000

0,000

Kontrol positif vs kontrol negatif

0,000

0,000

Ket : ⃰⃰=p > 0,05 Berbeda signifikan

P < 0,05 Tidak Berbeda signifikan

B.    Pembahasan

                 Penelitian uji aktivitas ektrak daun cabe rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum. terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans dimaksudkan untuk mengetahui daya hambat  antara ekstrak  daun cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dengan Capsicum annum terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans dengan kosentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40%.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun cabe rawit spesies capsicum frutescens Linn dan capsicum annum dari konda Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.  Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari karena menurut Dwinatari, (2015) saat pagi hari intensitas cahaya matahari masih rendah, suhu lingkungan rendah, kelembaban udara tinggi, sehingga tingkat evaporasi rendah, transpirasi tanaman rendah, dan tekanan turgor tanaman menjadi tinggi  yang ditandai dengan kondisi fisik daun yang segar dan hijau.

Daun  cabe rawit spesies capsicum frutescens Linn dan capsicum annum  yang akan diuji diolah dengan cara dicuci dengan air mengalir hingga bersih dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tanah dan debu yang melekat pada daun, kemudian sampel dipotong-potong menjadi kecil lalu dikeringkan. Sampel dibuat ekstrak dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol 96%.

Daun cabe rawit spesies capsicum frutescens Linn dan capsicum annum  diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi, maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari (Octavia, 2009). Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96%, pemilihan pelarut tersebut karena lebih mudah melarutkan senyawa-senyawa metabolit aktif yang berefek sebagai antibakteri dan antijamur seperti flavonoid.

Hasil maserasi Ekstrak daun caberawit  Capsicum frutescens Linn diperoleh sebanyak 8600 ml ekstrak cair dan Ekstrak daun caberawit  Capsicum annum 2600 ml ekstrak cair yang kemudian kedua ekstrak tersebut dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan hair dryer sehingga di peroleh untuk ekstrak Ekstrak daun caberawit  Capsicum frutescens Linn 300 g ekstrak kental 110,23 dengan nilai rendamen 36,74 %. Dan untuk ekstrak daun caberawit  Capsicum annum 300 g ekstrak kental 100,15 g dengan nilai rendamen 33,50 %.

Penelitian ini diawali dengan mensterilkan alat dan medium menggunakan oven dan autoclaf untuk menghilangkan mikroorganisme pada alat dan bahan yang akan digunakan, serta membuat biakan bakteri miring.  Medium yang di gunakan yaitu medium NA untuk bakteri dan medium PDA untuk jamur dipilih kedua media tersebut karena media NA dan PDA merupakan salah satu media kultur yang paling umum digunakan, media NA dan PDA juga sederhana dan merupakan media terbaik kemampuannya dalam mendukung pertumbuhan dari berbagai  dan jamur (Saha, 2008).

Uji aktivitas antibakteri dan anti jamur dari ekstrak Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan paper disk (kertas cakram). Salah satu metode paling umum digunakan untuk menentukan dengan cepat sensitivitas bakteri dan resistensinya terhadap obat-obatan antimikroba dengan menggunakan cakram kertas kecil yang masing-masing dijenuhkan dengan larutan obat pada konsentrasi yang berbeda-beda (Pollack, 2016).

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Cabe Rawit Spesies Capsicum frutescens Linn terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki aktivitas di mana pada masing-masing konsentrasi menunjukkan perbedaan daya hambat pada konsentrasi 5% sebesar 1,6 mm, konsentrasi 10% sebesar  2,8 mm, konsentrasi 20% sebesar 3,1 mm, dan konsentrasi 40% sebesar 4,0 mm masi dikategorikan lemah kerena memiliki nilai <5 mm (Susanto Sudrajat dan Ruga, 2012). Pada ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum frutescens Linn.) tidak memiliki aktivitas pada Candida albicans. Berdasarkan hasil one-way ANOVA pada bakteri Staphylococcus aureus menunjukan nilai signifikan p<0,05 yaitu sebesar p = 0,00 yang berarti bahwa ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn  memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus. Selanjutnya untuk perbedaan antara rata-rata kelompok konsentrasi secara lebih spesifik dapat dilakukan dengan uji LSD (least significance different).

Hasil uji LSD pada Staphylococcus aureus pada ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn pada kosentrasi  5%, 10%, 20%, 40% dan kontrol positif  memperlihakan perbedaan dengan kontrol negatif hal ini menujukkan perlakuan tersebut memperlihatkan aktivitas antibakteri. Hasil analisis antara kelompok ekstrak 5%, 10%, 20%, dan 40% juga menunjukkan perbedaan, semakin meningkat konsentrasi menujukkan aktivitas yang lebih baik, Hal ini membuktikan kenaikan konsentrasi berbanding lurus dengan aktivitas. Hasil analisis dengan semua kelompok perlakukan ekstrak terhadap kontrol positif memperlihatkan adanya perbedaan. Hal ini menunjukkan semua kelompok ekstrak tidak memperlihatkan aktivitas yang sama dengan kontrol postitif, Hal ini membuktikan kemampuan ekstrak  ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn tidak efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Pada hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun cabe rawit spesies Capsicum annum terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki aktivitas dan masing-masing konsentrasi menunjukkan perbedaan zona hambat dari tiap kosentrasi, pada konsentrasi 5% sebesar 6,8 mm di kategorikan sedang, konsentrasi 10% sebesar  8,5 mm di kategorikan sedang, konsentrasi 20% sebesar 11,8 mm dikategorikan sedang, konsentrasi 40% sebesar 17,5 mm dikategorikan kuat,. Pada hasil uji aktivitas antijamur ekstrak daun cabe rawit spesies Capsicum annum terhadap jamur Candida albicans memimiliki aktivitas pada konsentrasi 5% sebesar 10 mm di kategorikan kuat, konsentrasi 10% sebesar  13,6 mm di kategorikan kuat, konsentrasi 20% sebesar 19,1 mm dikategorikan kuat, konsentrasi 40% sebesar 23,4 mm dikategorikan sangat kuat (Susanto Sudrajat dan Ruga, 2012)

Berdasarkan hasil one-way ANOVA pada bakteri Staphylococcus aureus dan  Candida albicans menunjukan nilai signifikan p<0,05 yaitu sebesar p = 0,00 yang berarti bahwa ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum annum memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan  Candida albicans. Selanjutnya untuk perbedaan antara rata-rata kelompok konsentrasi secara lebih spesifik dapat dilakukan dengan uji LSD (least significance different).

Hasil uji LSD pada Staphylococcus aureus dan Candida albicans pada ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum annum pada kosentrasi  5%, 10%, 20%, 40% dan kontrol positif  memperlihakan perbedaan dengan kontrol negatif hal ini menujukkan perlakuan tersebut memperlihatkan aktivitas antibakteri. Hasil analisis antara kelompok ekstrak 5%, 10%, 20%, dan 40% juga menunjukkan perbedaan, semakin meningkat konsentrasi menujukkan aktivitas yang lebih baik, Hal ini membuktikan kenaikan konsentrasi berbanding lurus dengan aktivitas. Hasil analisis dengan semua kelompok perlakukan ekstrak terhadap kontrol positif memperlihatkan adanya perbedaan. Hal ini menunjukkan semua kelompok ekstrak tidak memperlihatkan aktivitas yang sama dengan kontrol postitif, Hal ini membuktikan kemampuan ekstrak  ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum annum tidak efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Hasil analisis data ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum annum pada  Candida albicans dengan semua kelompok perlakuan  ekstrak terhadap kontrol positif hanya pada kelompok kosentrasi 40% yang memperlihatkan adanya persamaan di banding dengan kelompok kosentrasi 5%,10%, dan 20% pada ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum annum pada  kelompok kosentrasi 40% efektif pada Candida albicans.

Zona hambat paling besar ditunjukkan pada kontrol positif Tetrasiklin. Sedangkan zona hambat kontrol negatif DMSO dikategorikan tidak beraktivitas ini sesuai dengan literatur bahwa DMSO tidak memiliki sifat antibakteri maupun anti jamur sehingga tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri maupun jamur (Setiabudy, 2007). Hal tersebut dapat di lihat pada Analisis Bivariat Tabel 23 dan Tabel 28. Multiple Comparisons.

Dari hasil pengamatan dan Analisa data yang telah di lakukan pada ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn memiliki aktivitas pada Staphylococcus aureus dan ekstrak Cabai Rawit spesies Capsicum frutescens Linn tidak memiliki aktivitas pada Candida albicans dan hasil pengamatan dan Analisa data yang telah di lakukan pada ekstrak Cabai Rawit spesies capsicum annum mimiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans, pada hasil uji skrining fitokimia ekstrak daun cabai rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan  capsicum annum sama-sama memiliki kandungan senyawa tannin, saponin, alkaloid, saponin, fenol, dan  flavonoid di mana flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri. Menurut Dinata Flavonoid merupakan senyawa fenol yang terbesar dialam yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri (Dinata, 2008). Secara umum flavonoid merupakan senyawa polifenol. Senyawa fenol akan mendenaturasi protein sel dan mengerutkan dinding sel sehingga dapat melisiskan dinding sel jamur (Nogrady, 1992). Senyawa fenol juga dapat merusak membran sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan Chan, 2005). Mekanisme aksinya melalui gugus hidroksi yang akan berikatan dengan gugus sulfidril dari protein fungi sehingga mampu mengubah konformasi protein membran sel target (Cowan, 1999).

 Pelczar dan Chan (2005) menjelaskan flavonoid akan membentuk kompleks dengan protein membran sel. Pembentukan kompleks menyebabkan rusaknya membran sel karena hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma. Pada kadar rendah flavonoid dapat menyebabkan penetrasi fenol ke dalam sel, yang pada akhirnya terjadi presipitasi dan denaturasi protein.Flavonoid juga diketahui menghambat sintesis asam nukleat serta metabolisme energi sel. Mekanisme penghambatan sintesis asam nukleat adalah dengan pembentukan ikatan hidrogen atau interkalasi dengan nukleosida, sedangkan pada penghambatan metabolisme energi sel, flavonoid diduga memiliki mekanisme yang sama dengan antibiotik yang menghambat respirasi sel (Cushnie dan Lamb, 2005).


 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.   Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum hanya memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan tidak memiliki aktivitas pada Candida albicans, pada Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum annum memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans

2.   Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum tidak dapat memberikan efek obtimal pada Staphylococcus aureus dan Candida albicans, pada Ekstrak daun Cabe Rawit spesies Capsicum annum  memberikan efek optimal hanya pada kosentrasi 40% pada Candida albicans yang sama atau hampir sama dengan zona bening Tetrasiklin. Sedangkan  pada Staphylococcus aureus tidak dapat memberikan efek optimal jika dibandingkan dengan kontrol positif.

B.  Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari peneliti adalah :

1.     Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengujian bakteri dan jamur yang berbeda pada ekstrak daun cabe rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum.

2.     Sebaiknya penelitian ini dilakukan pengujian lebih lanjut dengan parameter yang berbeda, agar menjadi referensi dalam pemanfaatan bahan alam.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad, Ismaluddin. 2017.  Pharmacognostic and Cytotoxicity Evaluation of Indonesia Native Plant of Piper acre Blume Leaves (Piperaceae). Pharmacogn Journal. 9 (3) : 400-4004.

Anggara, E. D., Suhartanti, D., & Mursyidi, A. (n.d.). (Stelechocarpus burahol , Hook F & Th .) Terhadap Candida Albicans Antifungal Activity Test Of Ethanol Fraction Of Kepel Leaf ( Stelechocarpus burahol , Hook F & Th .) Infusionagainst Candida albicans.

Asih Puji Lestari, Abdur Rosyid, I. W. (n.d.). Aktivitas Ekstrak Daun Cabe Rawit (Capsicum Frutescens L.)Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Secara Invitro. I(2), 1–6.

Depkes,  1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia: Jakarta.

Dewi, Nadia Rahma Kusuma. 2015. Potensi Sitotoksik Ekstrak Air Daun Sirih Hitam (Piper sp.). Jurnal Sains dan Kesehatan. 1 (1) : 11-15.

Dewi, S., Soetojo, R., & Astari, L. (2013). Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku ( Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail ). 34–41.

Garrity, M. G. 2004. Taxonomic Outline of The Prolcargotes Bergeys Marvel of Systemic Bacteriology. Second Edition. New  York.

Geo, F., Janet, S., Mikrobiologi, S. A., Pengajar, T. S., Neil, A., Jane, B., & Biologi, L. G. (2012). Edition. USA: McGraw Hill’s Acces Medicine. 45. 10–11.

Gigi, F. K., Prostodonsia, B., Kedokteran, F., Universitas, G., & Mada, G. (2008). Pertumbuhan Candida Albicans Pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik Endang Wahyuningtyas Pendahuluan. 15(3), 187–191.

Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard, Mckee, & Annie. (2019). Candida albicans ( C. albicans). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Harborne, J.B. 2007. Metode Fitokimia. Penerbit ITB : Bandung

Hilma, R. (2013). Aktivitas Anti Bakteri Dan Anti Jamur Senyawa. 4(1), 53–59.

Houghton,P.J. dan Raman, A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London : Thomson Science

Junairiah, Nabilah istighfari Zuraidassanaaz, Fairuz Nabil Izdihar, & Yosephine Sri Wulan Manuhara. 2017. Callus Induction of Leaf Explant Piper betle L. Var Nigra with Combination of Plant Growth Regulators Indole-3-Acetic Acid (IAA), Benzyl Amino Purin (BAP) and Kinetin. AIP Conference Proceedings 1888, 020028

Kurniawaty, E., & Lestari, E. E. 2012. Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai Pengobatan Diabetes Melitus The Effectiveness Test for Extract Wuluh Starfruite Leaf (Averrhoa bilimbiL) as Diabetes Mellitus Treatment. 2–6.

Lake Werefridus Kono, Iwan Sahrial Hamid, Amung Logam Saputro, Hani Plumeriastuti, Lita Rakhma Yustinasari, & Maya Nurwartanti Yunita. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak N-Heksan dan Kloroform Daun Sirsak (Annona muricate L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Medik Veteriner. 2 (1) : 60-65

Leba, Maria, A. U. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta : CV BUDI UTAMA

Melissa, M., Buku, A., Matematika, S., Viii, K., Berdasarkan, S., Bell, K., Melissa, M., Sugiarti, T., Kurniati, D., Matematika, P., Keguruan, F., & Unej, U. J. (n.d.). Analisis Buku Siswa Matematika Kelas VIII Semester 1 Berdasarkan Kriteria Bell ( Analysis of Mathematics Student Book for Grade 1 of The 1 st Semester Based on Bell ’ s Criteria ).

Pandaleke, H. E. J., & Kandou, R. T. (2015). Profil Pioderma Pada Anak Di Poliklinik Kulit Dan Kelaminrsup Prof . Dr . R . D . Kandou Manado. 3(April).

Puji, A., Abdur, L., & Indra, R. (n.d.). frutescens L . ) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Secara Invitro. I(2), 1–6.

Rahardjo, M., Koendhori, E. B., & Setiawati, Y. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pendahuluan Staphylococcus Aureus ( S . Aureus ) Adalah Bakteri Kokus Gram Positif .

Soepomo, P. (2013). Sistem Identifikasi Citra Jenis Cabai (Capsicum Annum L) Menggunakan Metode Klasifikasi City Block. 1, 409–418.

Todar, K. 2012. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. Todar’s Online Textbook of Bacteriology.

Yuliana, I., & Khaerati, K. (2018). Efek Antipiretik Ekstrak Daun Cabe Rawit ( Capsicum Annum L ) Terhadap Tikus Putih Jantan ( Rattus Norvegicus ) Yang Diinduksi Vaksin Difteri Pertusis Tetanus. 12, 65–70.

 

Lampiran 1.

GAMBAR SKEMA PENELITIAN

Hasil

 

Candida albicans Pengukuran luas zona hambat Staphylococcus aureus dan Candida albicans

 

 

Pengolahan Data

 

Pembahasan

 

Analisis

 

Sampel daun cabai

Dilakukan sortasi basah dan kering

Sampel di ekstraksi menggunakan metode maserasi

 

Sampel cabai spesies Capsicum anum

 

Ekstrak daun cabai spesies Capsicum frtutescens

 

Di buat konsentrasi 5%,10%,25% dan 40%

5%

Peremajaan bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albican

 

Pembutan media Potato dextro agar (PDA)

 

Dibuat konsentrasi 5%,10%,25% dan 40%

 

Pembuatan media Nutrient agar (NA)

 

Pembutan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albican

 

Pengujian daya hambat pada jamur Candida albicans

 

Pengujian daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus

 

 

 

 


 


Lampiran 2.

PERHITUNGAN

1.   Medium Nutrient Agar (NA)

Cawan petri ada 3

3 x 15 ml = 45 ml + 25 ml = 70 ml

NA =  x 70 ml = 1,4 gram

2.   Medium potato dextrose agar (PDA)

Cawan petri ada 3

3 x 15 ml = 45 ml + 25 ml = 70 ml

PDA =  x 70 ml = 2,73 gram

3.  Perhitungan Sampel ekstrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn dan Capsicum annum

5%        =  x 3 ml            = 0,15 g

10%      =  x 3 ml            = 0,3 g

20%      =  x 3 ml            = 0,6 g

40%      =  x 3 ml            = 1,3 g

(+) Tetrasiklin 1%   =  x 3 ml    = 0,03 g

(-) DMSO     3 ml.

 


 

Lampiran 3.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengolahan sampel

Pengambilan sampel

 

 

 

 

 

 

 


                         Capsicum frutescens Linn                              Capsicum annum

Perajangan Sampel

 

1.      

 

 

 

 


Capsicum frutescens   Linn                                         Capsicum annum

Maserasi Sampel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


    Capsicum frutescens Linn                   Capsicum annum

Penyaringan

 

Pengentalan Ekstrak

 

 

 

 

 

 

 

 


ekstrak kental

 

 

 

 

 

 

Capsicum frutescens                                       Capsicum annum

Pengujian aktivitas antimikroba

 

Sterilisasi alat

 

 

 

 

 

 

 


Pembuatan medium

 

 

 

 

 

 

 


Sterilisasi medium di autoklaf

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Pembuatan biakan murni bakteri dan jamur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Pembuatan suspensi bakteri dan jamur

 

 

 

 

 

 

 

 


Pengujian aktivitas antibakteri dan antijamur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


           Inkubasi bakteri dengam suhu 370C selama 1x24 jam

 

 



 

 

 

 

 

 

           Inkubasi jamur dengam suhu 270C selama 3x24 jam

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                                                                                


 

Uji daya hambat ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum frutescens Linn.) pada Staphylococcus aureus

 

 

 

 

 

 

 


Uji daya hambat ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum frutescens Linn.) pada Candida albicans

 

 

 

 

 

 

 


Uji daya hambat ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum annum) pada Staphylococcus aureus

 



Uji daya hambat ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum annum)  pada Candida albicans

 

 

 

 

 

 

 

Zona hambat kontrol positif Tetrasiklin pada Staphylococcus aureus

 

 

 

 

 

 

 


Zona hambat kontrol positif Tetrasiklin pada Candida albican

 

 


 


Skrining Fitokimia

Uji Identifikasi Senyawa ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum frutescens Linn.)

(+) Flavanoid

(+) saponin

(+) alkaloid

 

 

 


(+) alkaloid

 

 

 

(+) tanin

(+) polifenol

 

 

 

 

 

 

 


Uji Identifikasi Senyawa ekstrak daun Cabe Rawit Spesies (Capsicum annum)

 

(+) Flavanoid

(+) saponin

(+) polifenol

(+) tanin

(+) alkaloid

 



LAMPIRAN 4.

HASIL UJI STATISTIK

A.     Hasil Analisis Data Zona Hambat Pada ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn pada Staphylococcus aureus

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Sampel

.137

18

.200*

.917

18

.114

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

Test of Homogeneity of Variances

ZonaHambat

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

10.346

5

12

.001

 

Oneway

 

Descriptives

ZonaHambat

 

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

3

1.600

.1732

.1000

1.170

2.030

1.4

1.7

Ekstrak 10 %

3

2.533

.4041

.2333

1.529

3.537

2.3

3.0

Ekstrak 20 %

3

3.233

.0577

.0333

3.090

3.377

3.2

3.3

Ekstrak 40 %

3

4.267

.0577

.0333

4.123

4.410

4.2

4.3

Kontrol Positif

3

29.067

1.2858

.7424

25.873

32.261

27.6

30.0

Kontrol Negatif

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Total

18

6.783

10.3554

2.4408

1.634

11.933

.0

30.0

 

ANOVA

ZonaHambat

 

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

1819.278

5

363.856

1177.950

.000

Within Groups

3.707

12

.309

 

 

Total

1822.985

17

 

 

 

 

Post Hoc Tests

 

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZonaHambat

 LSD

(I) Sampel

(J) Sampel

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

Ekstrak 10 %

-.9333

.4538

.062

-1.922

.055

Ekstrak 20 %

-1.6333*

.4538

.004

-2.622

-.645

Ekstrak 40 %

-2.6667*

.4538

.000

-3.655

-1.678

Kontrol Positif

-27.4667*

.4538

.000

-28.455

-26.478

Kontrol Negatif

1.6000*

.4538

.004

.611

2.589

Ekstrak 10 %

Ekstrak 5 %

.9333

.4538

.062

-.055

1.922

Ekstrak 20 %

-.7000

.4538

.149

-1.689

.289

Ekstrak 40 %

-1.7333*

.4538

.002

-2.722

-.745

Kontrol Positif

-26.5333*

.4538

.000

-27.522

-25.545

Kontrol Negatif

2.5333*

.4538

.000

1.545

3.522

Ekstrak 20 %

Ekstrak 5 %

1.6333*

.4538

.004

.645

2.622

Ekstrak 10 %

.7000

.4538

.149

-.289

1.689

Ekstrak 40 %

-1.0333*

.4538

.042

-2.022

-.045

Kontrol Positif

-25.8333*

.4538

.000

-26.822

-24.845

Kontrol Negatif

3.2333*

.4538

.000

2.245

4.222

Ekstrak 40 %

Ekstrak 5 %

2.6667*

.4538

.000

1.678

3.655

Ekstrak 10 %

1.7333*

.4538

.002

.745

2.722

Ekstrak 20 %

1.0333*

.4538

.042

.045

2.022

Kontrol Positif

-24.8000*

.4538

.000

-25.789

-23.811

Kontrol Negatif

4.2667*

.4538

.000

3.278

5.255

Kontrol Positif

Ekstrak 5 %

27.4667*

.4538

.000

26.478

28.455

Ekstrak 10 %

26.5333*

.4538

.000

25.545

27.522

Ekstrak 20 %

25.8333*

.4538

.000

24.845

26.822

Ekstrak 40 %

24.8000*

.4538

.000

23.811

25.789

Kontrol Negatif

29.0667*

.4538

.000

28.078

30.055

Kontrol Negatif

Ekstrak 5 %

-1.6000*

.4538

.004

-2.589

-.611

Ekstrak 10 %

-2.5333*

.4538

.000

-3.522

-1.545

Ekstrak 20 %

-3.2333*

.4538

.000

-4.222

-2.245

Ekstrak 40 %

-4.2667*

.4538

.000

-5.255

-3.278

Kontrol Positif

-29.0667*

.4538

.000

-30.055

-28.078

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

 

B.    Hasil Analisis Data Zona Hambat Pada ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum frutescens Linn pada Candida albicans.

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Sampel

.137

18

.200*

.917

18

.114

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

Test of Homogeneity of Variances

ZonaHambat

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

13.081

5

12

.000

 

Oneway

 

Descriptives

ZonaHambat

 

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 10 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 20 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 40 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Kontrol Positif

3

28.067

1.2858

.7424

24.873

31.261

26.6

29.0

Kontrol Negatif

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Total

18

4.678

10.7721

2.5390

-.679

10.035

.0

29.0

 

ANOVA

ZonaHambat

 

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

1969.344

5

393.869

1429.363

.000

Within Groups

3.307

12

.276

 

 

Total

1972.651

17

 

 

 

 

Post Hoc Tests

 

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZonaHambat

 LSD

(I) Sampel

(J) Sampel

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

Ekstrak 10 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 20 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 40 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

-28.0667*

.4286

.000

-29.001

-27.133

Kontrol Negatif

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 10 %

Ekstrak 5 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 20 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 40 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

-28.0667*

.4286

.000

-29.001

-27.133

Kontrol Negatif

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 20 %

Ekstrak 5 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 10 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 40 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

-28.0667*

.4286

.000

-29.001

-27.133

Kontrol Negatif

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 40 %

Ekstrak 5 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 10 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 20 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

-28.0667*

.4286

.000

-29.001

-27.133

Kontrol Negatif

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

Ekstrak 5 %

28.0667*

.4286

.000

27.133

29.001

Ekstrak 10 %

28.0667*

.4286

.000

27.133

29.001

Ekstrak 20 %

28.0667*

.4286

.000

27.133

29.001

Ekstrak 40 %

28.0667*

.4286

.000

27.133

29.001

Kontrol Negatif

28.0667*

.4286

.000

27.133

29.001

Kontrol Negatif

Ekstrak 5 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 10 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 20 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Ekstrak 40 %

.0000

.4286

1.000

-.934

.934

Kontrol Positif

-28.0667*

.4286

.000

-29.001

-27.133

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

 

C.    Hasil Analisis Data Zona Hambat Pada ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum annum pada Staphylococcus aureus

 

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

ZonaHambat

.163

18

.200*

.919

18

.122

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

Test of Homogeneity of Variances

ZonaHambat

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

13.081

5

12

.000

 

Oneway

Descriptives

ZonaHambat

 

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 10 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 20 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Ekstrak 40 %

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Kontrol Positif

3

28.067

1.2858

.7424

24.873

31.261

26.6

29.0

Kontrol Negatif

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Total

18

4.678

10.7721

2.5390

-.679

10.035

.0

29.0

 

ANOVA

ZonaHambat

 

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

1672.469

5

334.494

385.707

.000

Within Groups

10.407

12

.867

 

 

Total

1682.876

17

 

 

 

 

 

Post Hoc Tests

 

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZonaHambat

 LSD

(I) Sampel

(J) Sampel

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

Ekstrak 10 %

-2.0667*

.7604

.019

-3.723

-.410

Ekstrak 20 %

-7.2333*

.7604

.000

-8.890

-5.577

Ekstrak 40 %

-14.4667*

.7604

.000

-16.123

-12.810

Kontrol Positif

-23.2667*

.7604

.000

-24.923

-21.610

Kontrol Negatif

5.8000*

.7604

.000

4.143

7.457

Ekstrak 10 %

Ekstrak 5 %

2.0667*

.7604

.019

.410

3.723

Ekstrak 20 %

-5.1667*

.7604

.000

-6.823

-3.510

Ekstrak 40 %

-12.4000*

.7604

.000

-14.057

-10.743

Kontrol Positif

-21.2000*

.7604

.000

-22.857

-19.543

Kontrol Negatif

7.8667*

.7604

.000

6.210

9.523

Ekstrak 20 %

Ekstrak 5 %

7.2333*

.7604

.000

5.577

8.890

Ekstrak 10 %

5.1667*

.7604

.000

3.510

6.823

Ekstrak 40 %

-7.2333*

.7604

.000

-8.890

-5.577

Kontrol Positif

-16.0333*

.7604

.000

-17.690

-14.377

Kontrol Negatif

13.0333*

.7604

.000

11.377

14.690

Ekstrak 40 %

Ekstrak 5 %

14.4667*

.7604

.000

12.810

16.123

Ekstrak 10 %

12.4000*

.7604

.000

10.743

14.057

Ekstrak 20 %

7.2333*

.7604

.000

5.577

8.890

Kontrol Positif

-8.8000*

.7604

.000

-10.457

-7.143

Kontrol Negatif

20.2667*

.7604

.000

18.610

21.923

Kontrol Positif

Ekstrak 5 %

23.2667*

.7604

.000

21.610

24.923

Ekstrak 10 %

21.2000*

.7604

.000

19.543

22.857

Ekstrak 20 %

16.0333*

.7604

.000

14.377

17.690

Ekstrak 40 %

8.8000*

.7604

.000

7.143

10.457

Kontrol Negatif

29.0667*

.7604

.000

27.410

30.723

Kontrol Negatif

Ekstrak 5 %

-5.8000*

.7604

.000

-7.457

-4.143

Ekstrak 10 %

-7.8667*

.7604

.000

-9.523

-6.210

Ekstrak 20 %

-13.0333*

.7604

.000

-14.690

-11.377

Ekstrak 40 %

-20.2667*

.7604

.000

-21.923

-18.610

Kontrol Positif

-29.0667*

.7604

.000

-30.723

-27.410

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

 

D.    Hasil Analisis Data Zona Hambat Pada ektrak Daun Cabe Rawit spesies Capsicum annum pada Candida albicans.

Tests of Normality

 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

Sampel

.137

18

.200*

.917

18

.114

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

 

Test of Homogeneity of Variances

ZonaHambat

Levene Statistic

df1

df2

Sig.

3.607

5

12

.032

  

Descriptives

ZonaHambat

 

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

3

9.600

.5292

.3055

8.286

10.914

9.0

10.0

Ekstrak 10 %

3

13.533

1.1015

.6360

10.797

16.270

12.4

14.6

Ekstrak 20 %

3

19.100

.1732

.1000

18.670

19.530

19.0

19.3

Ekstrak 40 %

3

24.400

1.6371

.9452

20.333

28.467

23.0

26.2

Kontrol Positif

3

28.067

1.2858

.7424

24.873

31.261

26.6

29.0

Kontrol Negatif

3

.000

.0000

.0000

.000

.000

.0

.0

Total

18

15.783

9.6933

2.2847

10.963

20.604

.0

29.0

 

Oneway

 

ANOVA

ZonaHambat

 

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

1585.612

5

317.122

324.883

.000

Within Groups

11.713

12

.976

 

 

Total

1597.325

17

 

 

 

 

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ZonaHambat

 LSD

(I) Sampel

(J) Sampel

Mean Difference (I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Ekstrak 5 %

Ekstrak 10 %

-3.9333*

.8067

.000

-5.691

-2.176

Ekstrak 20 %

-9.5000*

.8067

.000

-11.258

-7.742

Ekstrak 40 %

-14.8000*

.8067

.000

-16.558

-13.042

Kontrol Positif

-18.4667*

.8067

.000

-20.224

-16.709

Kontrol Negatif

9.6000*

.8067

.000

7.842

11.358

Ekstrak 10 %

Ekstrak 5 %

3.9333*

.8067

.000

2.176

5.691

Ekstrak 20 %

-5.5667*

.8067

.000

-7.324

-3.809

Ekstrak 40 %

-10.8667*

.8067

.000

-12.624

-9.109

Kontrol Positif

-14.5333*

.8067

.000

-16.291

-12.776

Kontrol Negatif

13.5333*

.8067

.000

11.776

15.291

Ekstrak 20 %

Ekstrak 5 %

9.5000*

.8067

.000

7.742

11.258

Ekstrak 10 %

5.5667*

.8067

.000

3.809

7.324

Ekstrak 40 %

-5.3000*

.8067

.000

-7.058

-3.542

Kontrol Positif

-8.9667*

.8067

.000

-10.724

-7.209

Kontrol Negatif

19.1000*

.8067

.000

17.342

20.858

Ekstrak 40 %

Ekstrak 5 %

14.8000*

.8067

.000

13.042

16.558

Ekstrak 10 %

10.8667*

.8067

.000

9.109

12.624

Ekstrak 20 %

5.3000*

.8067

.000

3.542

7.058

Kontrol Positif

-3.6667*

.8067

.001

-5.424

-1.909

Kontrol Negatif

24.4000*

.8067

.000

22.642

26.158

Kontrol Positif

Ekstrak 5 %

18.4667*

.8067

.000

16.709

20.224

Ekstrak 10 %

14.5333*

.8067

.000

12.776

16.291

Ekstrak 20 %

8.9667*

.8067

.000

7.209

10.724

Ekstrak 40 %

3.6667*

.8067

.001

1.909

5.424

Kontrol Negatif

28.0667*

.8067

.000

26.309

29.824

Kontrol Negatif

Ekstrak 5 %

-9.6000*

.8067

.000

-11.358

-7.842

Ekstrak 10 %

-13.5333*

.8067

.000

-15.291

-11.776

Ekstrak 20 %

-19.1000*

.8067

.000

-20.858

-17.342

Ekstrak 40 %

-24.4000*

.8067

.000

-26.158

-22.642

Kontrol Positif

-28.0667*

.8067

.000

-29.824

-26.309

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

 

 

Terbaru Lebih lama

Related Posts

There is no other posts in this category.